Doa Kristen

SEKSI I :
DOA DALAM KEHIDUPAN KRISTEN

2558  Besarlah “rahasia iman”. Gereja mengakuinya dalam simbolum para Rasul (Bagian I) dan merayakannya dalam liturgi Sakramen-sakramen (Bagian II), supaya kehidupan umat beriman dalam Roh Kudus ditata menjadi serupa Kristus demi kehormatan Allah Bapa (Bagian III). Umat beriman harus percaya kepada rahasia ini, merayakannya dan hidup darinya dalam satu hubungan yang hidup dan pribadi dengan Allah yang hidup dan benar. Hubungan ini adalah doa.

APA ITU DOA?

“Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan” (Teresia dari Anak Yesus, ms. autob. 25r).        
Doa sebagai Anugerah Allah
2559  “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik” (Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24). Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan (Bdk. Luk 18:9-14). Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis. (Bdk.Agusfinus,serm. 56,6,9.)
2560  “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah” (Yoh 4:10). Mukjizat doa justru menunjukkan diri di sana, di pinggir sumur, tempat kita mengambil air. *Di sana Kristus bertemu dengan setiap orang; Ia mencari kita, sebelum kita mencari Dia, dan Ia meminta: “Berilah Aku minum!” Yesus kehausan; permohonan-Nya datang dari kedalaman Allah yang merindukan kita. Entah kita tahu atau tidak, di dalam doa kehausan Allah menemui kehausan kita. Allah merasa haus akan kehausan kita akan Dia. (Bdk. Agustinus, quaest. 64,4.)
2561  Niscaya engkau meminta kepada-Nya, dan Ia memberi kepadamu air hidup” (Yoh 4:10). Doa permohonan kita adalah satu jawaban atas cara yang penuh rahasia – jawaban atas Keluhan Allah yang hidup: “mereka meninggalkan Aku sumber air yang hidup untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air” (Yer 2:13). Doa permohonan adalah jawaban atas janji keselamatan yang cuma-cuma (Bdk. Yoh 7:37-39; Yes 12:3; 51:1.); jawaban penuh cinta atas kehausan Putera yang tunggalBdk. Yoh 19:28; Za 12:10; 13:1..
Doa sebagai Perjanjian
2562  Dari mana datangnya doa manusia? Bagaimanapun bentuk kegiatan dan kata-kata, dengannya doa mengungkapkan diri, yang berdoa itu selalu seluruh manusia. Tetapi untuk melukiskan tempat asalnya doa, Kitab Suci kadang-kadang berbicara tentang jiwa atau roh. Tetapi paling sering – lebih dari seribu kali – tentang hati. Hati berdoa. Jika hati itu jauh dari Allah, doa pun tidak mempunyai arti.                  
2563  Hati adalah rumah di mana aku berada dan tempat aku tinggal (dalam gaya bahasa semitis atau biblis: di mana aku “turun” [dari kendaraan]). Inilah pusat kita yang tersembunyi, yang tidak dapat dimengerti baik oleh akal budi kita maupun oleh orang lain. Hanya Roh Allah dapat menyelami dan mengetahuinya. Dalam kedalaman cita-cita kita, hati adalah tempat keputusan. Ia adalah tempat kebenaran, di mana kita memilih antara hidup dan mati. Ia adalah tempat pertemuan karena kita hidup dalam hubungan dengan citra Allah. Hati adalah tempat perjanjian. 368, 2699, 1696
2564  Doa Kristen adalah hubungan perjanjian antara Allah dan manusia di dalam Kristus. Ia adalah tindakan Allah dan tindakan manusia. Ia berasal dari Roh Kudus dan dari kita. Dalam persatuan dengan kehendak manusiawi Putera Allah terjelma, doa mengarahkan diri sepenuhnya kepada Bapa.                      
Doa sebagai Persekutuan
2565  Dalam Perjanjian Baru, doa adalah hubungan yang hidup anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak terhingga baiknya, bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus. Rahmat Kerajaan Allah adalah “persatuan seluruh Tritunggal Mahakudus dengan seluruh jiwa” manusia (Gregorius dari Nasiansa, or. 16,9). Dengan demikian, kehidupan doa berarti bahwa kita selalu berada dalam hadirat Allah yang tiga kali kudus dan dalam persekutuan dengan Dia. Persekutuan hidup ini memang selalu mungkin, karena melalui Pembaptisan kita sudah menjadi satu dengan Kristus (Bdk. Rm 6:5). Doa itu Kristen, sejauh ia merupakan persekutuan dengan Kristus dan menyebar luas di dalam Gereja, Tubuh Kristus. Ia merangkum segala sesuatu, sama seperti cinta kasih Kristus (Bdk. Ef 3:18-21).

BAB I :
PEWAHYUAN DOA

Panggilan Umum untuk Berdoa
2566  Manusia sedang mencari Tuhan. Melalui penciptaan, Tuhan memanggil setiap makhluk dari ketidakadaan ke dalam keberadaan. “Dimahkotai dengan keagungan dan kehormatan” (Mzm 8:6), sebagaimana malaikat sebelum dia, manusia mampu mengakui: “Tuhan, Allah kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi” (Mzm 8:2). Malahan sesudah manusia kehilangan keserupaannya dengan Allah karena dosanya, ia tetap diciptakan menurut citra Penciptanya. Ia memiliki kerinduan akan Allah, yang telah memanggil dia ke dalam keberadaan itu. Semua agama memberi kesaksian tentang pencarian ini, yang sesuai dengan hakikat manusia (Bdk. Kis 17:27).    296, 355, 28
2567  Sebelum manusia memanggil Tuhan, Tuhan memanggil manusia. Juga apabila manusia melupakan Penciptanya atau menyembunyikan diri dari hadapan-Nya, juga apabila ia mengikuti berhalanya atau mempersalahkan Allah, bahwa Ia telah melupakannya, namun Allah yang hidup dan benar tanpa jemu-jemunya memanggil setiap manusia untuk suatu pertemuan penuh rahasia dengan-Nya di dalam doa. Dalam doa gerak cinta kasih Allah yang setia ini pertama-tama datang dari Dia; gerak manusia selalu merupakan jawaban. Sejauh Allah mewahyukan Diri dan menyanggupkan manusia mengenal dirinya sendiri, doa Kelihatan sebagai satu sapaan timbal balik, sebagai peristiwa perjanjian, yang melalui kata dan tindakan, mengikutsertakan hati. Ia menyata dalam perjalanan seluruh sejarah keselamatan.

ARTIKEL 1 – DALAM PERJANJIAN LAMA

2568  Pewahyuan doa dalam Perjanjian Lama terjadi antara dosa awal dan pemulihan manusia, antara pertanyaan Allah yang sedih kepada anak-anak pertama-Nya: “Di manakah engkau?… Apakah yang telah kauperbuat ini?” (Kej 3:9.13) dan jawaban Putera-Nya yang tunggal pada saat kedatangan-Nya ke dunia: “Sungguh, Aku datang… untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah” (Ibr 10:7). Atas cara ini doa berhubungan dengan sejarah manusia; ia adalah hubungan dengan Allah dalam kejadian-kejadian sejarah.                                
Penciptaan – Sumber Doa
2569  Pada tempat pertama, doa hidup dari kenyataan-kenyataan ciptaan. Sembilan bab pertama dari Kitab Kejadian menggambarkan hubungan ini dengan Allah, sebagai persembahan anak domba sulung oleh Abel (Bdk. Kej 4:4), sebagai seruan nama ilahi pada zaman Enos (Bdk. Kej 4:26), dan sebagai “perjalanan bersama Allah” (Kej 5:24). Persembahan Nuh berkenan kepada Allah. Allah memberkati Nuh dan melalui dia seluruh ciptaan (Bdk. Kej 8:20-9:17), karena ia mempunyai hati yang lurus dan tanpa cela; ia pun “hidup akrab dengan Allah” (Kej 6:9). Cara berdoa ini dilaksanakan oleh banyak orang jujur dari semua agama.
Di dalam perjanjian-Nya yang tak tergoyahkan dengan segala makhluk hidup (Bdk. Kej 9:8-16), Allah selalu memanggil manusia untuk berdoa. Dengan cara khusus, doa diwahyukan dalam Perjanjian Lama
sejak zaman bapa kita Abraham.                                                                                                 
Janji dan Doa Iman
2570  Ketika Allah memanggil Abraham, ia segera berangkat, “seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya” (Kej 12:4). Hatinya “sangat patuh terhadap sabda”; ia taat. Hati yang mendengarkan, yang memilih Tuhan, merupakan dasar setiap doa. Kata-kata melayani sikap mendengarkan ini. Tetapi doa Abraham, pada tempat pertama, dinyatakan dalam perbuatan: Ia adalah pria yang suka diam; di segala tempat di mana ia singgah, ia membangun altar untuk Tuhan. Baru kemudian in mengucapkan doanya dalam kata-kata: Doa itu merupakan suatu keluhan terselubung. Ia mengingatkan Allah akan janji-Nya, yang rasanya tidak dipenuhi (Bdk. Kej 15:2-3). Langsung sejak awal Kelihatan satu ciri khas doa manusia: ujian iman akan kesetiaan Allah.
2571  Oleh karena bapa bangsa Abraham percaya kepada Allah (Bdk. Kej 15:6) dan menempuh jalannya dalam kehadiran dan dalam perjanjian dengan-Nya (Bdk. Kej 17:1-2), maka ia bersedia menerima seorang tamu misterius di dalam kemahnya. Lawatan yang penuh keajaiban di Mamre ini adalah satu pengantar untuk pengumuman putera perjanjian yang benar (Bdk. Kej 18:1-15; Luk 1: 26-38). Sejak Allah memberitahukan keputusan-Nya kepada Abraham, hatinya turut serta dalam kerahiman Allah untuk manusia. Karena itu, ia berani dalam kepercayaan yang teguh, untuk memohon bagi mereka (Bdk. Kej 18:16-33).                                  
2572  Sebagai pemurnian terakhir imannya diminta pula dari Abraham “yang telah menerima janji itu” (Ibr 11:17), agar mempersembahkan puteranya, yang telah Allah berikan kepadanya. Imannya tidak goyah: “Allah sendiri akan menyediakan anak domba itu” (Kej 22:8), demikian Abraham berkata, karena “ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang, sekalipun dari antara orang mati” (Ibr 11: 19). Demikianlah bapa orang beriman serupa dengan Allah Bapa (Bdk. Rm 4:16-21), yang tidak menyayangkan anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya untuk semua orang (Bdk. Rm 8:32). Doa membuat manusia serupa lagi dengan Allah dan membiarkan ia mengambil bagian dalam kekuasaan cinta kasih Allah yang membebaskan banyak orang.              
2573  Allah memperbaharui janji-Nya terhadap Yakub, nenek moyang dua belas suku Israel (Bdk. Kej 28:10-22). Sebelum Yakub menghadapi saudaranya Esau, semalam suntuk ia harus bergulat dengan seorang pria penuh rahasia. Orang ini menolak menyebut namanya, tetapi ia memberkati Yakub sebelum meninggalkannya di fajar pagi. Tradisi rohani Gereja melihat di dalamnya satu lambang doa, sejauh doa itu adalah satu perjuangan iman dan satu kemenangan karena ketabahan (Bdk. Kej 32:25-31; Luk 18:1-8).
Musa dan Doa Perantara
2574  Ketika janji-janji mulai terpenuhi – dalam Paskah, dalam keberangkatan dari Mesir, dalam pemberian hukum dan dalam pengikatan perjanjian, – doa Musa menjadi contoh yang mengharukan dari doa syafaat, yang akan terpenuhi di dalam satu-satunya “pengantara antara Allah dan manusia … Kristus Yesus” (1 Tim 2:5).         
2575  Juga di sini Allah mendahului manusia. Ia memanggil Musa dari dalam semak bernyala (Bdk. Kel 3:1-10). Kejadian ini dipandang sebagai salah satu contoh utama bagi setiap doa, di dalam tradisi rohani Yahudi dan Kristen. Sebab, kalau “Allah Abraham, Ishak, dan Yakub” memanggil abdi-Nya Musa, maka itu disebabkan, karena Ia adalah Allah yang hidup, yang menghendaki kehidupan manusia. Ia menyatakan Diri untuk membebaskan mereka; tetapi Ia tidak mau membebaskan manusia melawan keinginannya atau tanpa bantuan manusia. Karena itu Ia memanggil Musa, supaya mengutus dia dan mengikutsertakan dia dalam kasih sayang-Nya dan dalam karya keselamatan-Nya. Pengutusan ini seakan-akan merupakan satu permohonan Allah, dan baru sesudah satu dialog yang agak lama, Musa menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Allah, Pembebas. Dalam percakapan ini, di mana Allah mempercayakan Diri kepada Musa, Musa belajar berdoa: ia mencari dalih, membuat keberatan, tetapi terutama menyampaikan pertanyaan. Tuhan menjawab dengan mempercayakan kepada Musa nama-Nya yang tak terungkapkan, yang akan menyata di dalam karya-karya-Nya yang agung.        
2576  “Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka, seperti seorang berbicara kepada temannya” (Kel 33:11). Doa Musa adalah contoh doa kontemplatif, yang dengan bantuannya abdi Allah tetap setia kepada perutusannya. Musa “berbicara” dengan Tuhan sering kali dan lama. Ia mendaki gunung untuk mendengarkan Allah dan untuk memohon kepada-Nya lalu turun lagi kepada bangsanya untuk mengulangi kata-kata Allahnya dan untuk memimpinnya. “Hamba-Ku Musa adalah seorang yang setia dalam rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus-terang, bukan dengan teka-teki” (Bil 12:7-8), karena “Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi” (Bil 12:3).             
2577  Dari pergaulan yang mesra dengan Allah yang setia, sabar, dan penuh cinta (Bdk. Kel 34:6), Musa menimba kekuatan untuk doa syafaat yang tabah. Ia tidak berdoa untuk diri sendiri, tetapi untuk bangsanya, yang telah Allah pilih bagi diri-Nya. Sudah sejak peperangan melawan orang Amalekh (Bdk. Kel 17:8-13) dan minta penyembuhan Miryam (Bdk. Bil 12-.13-14), Musa menyampaikan doa syafaat. Tetapi terutama sesudah bangsa itu jatuh, Musa menjadi penengah, “ia mengetengahi di hadapan-Nya” (Mzm 106:23) untuk menyelamatkan bangsa Israel (Bdk. Kel 32:1-34:9). Oleh karena itu, jelaslah bahwa doa syafaat juga satu pergulatan penuh rahasia. Argumen-argumen yang Musa sampaikan dalam doa; mengilhami keberanian hati pendoa besar bangsa Yahudi serta Gereja. Karena Allah itu cinta kasih dan dengan demikian adil dan setia. Ia tidak dapat bertentangan dengan Diri sendiri. Ia harus mengingat akan karya-karya-Nya yang agung. Kehormatan-Nya menjadi taruhan: Ia tidak boleh meninggalkan bangsa yang memakai nama-Nya.                                                                    
Daud dan Doa Seorang Raja
2578  Doa Umat Allah berkembang di sekeliling tempat kediaman Allah; pada mulanya tempat ini adalah Tabut Perjanjian dan kemudian kenisah. Pada mulanya para imam dan para nabi sebagai pemimpin mengajar bangsa itu berdoa. Untuk anak Samuel sikap ibunya Hanna di hadirat Allah merupakan “satu sekolah doa” (Bdk. 1 Sam 1:9-18). Ia belajar pada imam Eli, bagaimana orang harus mendengarkan perkataan Allah: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar” (1 Sam 3:9-10). Kemudian baru ia mengetahui nilai dan beban doa syafaat: “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa pada Tuhan dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus” (1 Sam 12:23).
2579  Daud adalah sesungguhnya raja “menurut hati Allah”, gembala yang berdoa bagi bangsanya dan atas namanya. Kepatuhannya kepada kehendak Allah, pujiannya kepada Allah dan penyesalannya menjadi contoh doa bagi bangsanya. Doanya, doa orang yang diurapi Allah, adalah memegang dengan setia kepada janji ilahi (Bdk. 2 Sam 7:18-29), kepercayaan penuh cinta dan gembira kepada satu-satunya Raja dan Tuhan. Diilhami oleh Roh Kudus, Daud membuktikan diri di dalam Mazmur sebagai nabi pertama dari doa Yahudi dan Kristen. Doa Kristus, Mesias dan Putera Daud yang benar, menyatakan dan memenuhi arti doa ini.               
2580  Kenisah Yerusalem, rumah doa, yang hendak Daud dirikan, didirikan oleh puteranya Salomo. Doa waktu pemberkatan kenisah (Bdk. 1 Raj 8:10-61) berdasarkan pada janji Allah dan pada perjanjian dengan Dia, pada kehadiran nama-Nya yang bekerja dalam bangsa-Nya dan pada peringatan akan karya-karya agung waktu keluar dari Mesir. Raja mengangkat tangan ke surga dan memohon kepada Tuhan untuk diri sendiri, untuk seluruh bangsa, dan untuk generasi mendatang, minta pengampunan dosa dan apa yang mereka butuhkan setiap hari. Karena semua bangsa hendaknya tahu bahwa Tuhan adalah Allah satu-satunya dan bahwa hati bangsa-Nya menjadi milik-Nya seutuhnya. 
Elia, Para Nabi, dan Pertobatan Hati
2581  Kenisah harus menjadi tempat latihan doa untuk Umat Allah. Ziarah, pesta–pesta dan kurban-kurban, kurban malam, kemenyan, dan “roti sajian” adalah tanda–tanda kekudusan dan kemuliaan Allah yang agung namun yang sangat dekat. Semuanya itu merupakan ajakan untuk doa dan jalan-jalan doa. Tetapi pelaksanaan lahiriah dari kegiatan religius sering kali menggoda umat untuk suatu ibadah yang hanya bersifat lahiriah. Ia membutuhkan pendidikan dalam iman dan pertobatan hati. Inilah tugas para nabi sebelum dan sesudah pembuangan.        
2582  Elia adalah bapa para nabi, “orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub” (Mzm 24:6). Nama “Elia” – “Tuhan adalah Allahku” – menyatakan seruan bangsa yang bergaung sebagai jawaban atas doa sang nabi di gunung Karmel (Bdk. 1 Raj 18:39). Santo Yakobus menunjuk seruan ini, untuk menggerakkan kita supaya berdoa: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak 5:16b).       
2583  Setelah Elia mengalami kerahiman di tempat perlindungannya di sungai Kerit, ia lalu mengajar janda dari Sarepta, supaya percaya kepada Sabda Allah. Ia memperkuat iman ini dengan doanya yang tekun dan Allah mengembalikan kehidupan kepada anak janda itu (Bdk. 1 Raj 17:7-24).
Kurban di gunung Karmel adalah satu ujian yang menentukan iman Umat Allah. Dalam kurban ini, api Tuhan menghanguskan kurban bakar atas permintaan Elia, “pada waktu… di mana biasanya dipersembahkan kurban pertama”. Liturgi Gereja-gereja Timur mengambil alih seruan Elia “Dengarlah aku, Tuhan, dengarlah aku” dalam epiklese Ekaristi (Bdk. 1 Raj 18:20-39).
Ketika Elia akhirnya pergi lagi ke padang gurun, ke tempat di mana Allah yang hidup dan benar menyatakan Diri kepada umat-Nya, ia duduk berjongkok, seperti Musa dulu, “di sebuah gua”, sampai kehadiran Allah yang penuh rahasia itu “berjalan lewat” (Bdk. 1 Raj 19:1-14; Kel 33:19-23). Tetapi baru di gunung kemuliaan (Bdk. Luk 9:30- 35), Allah yang wajah-Nya dicari manusia, akan menyatakan Diri. Pada wajah Kristus yang tersalib dan bangkit, mereka melihat kemuliaan Allah Bdk. 2 Kor 4:6).                                                        
2584  Dalam kesendirian dengan Allah, para nabi menerima terang dan kekuatan untuk perutusan mereka. Doa mereka bukanlah suatu pelarian dari dunia yang tidak berkepercayaan, melainkan suatu usaha mendengarkan Sabda Allah. Doa ini sering kali membuka hati atau mengeluh, tetapi selalu merupakan satu doa syafaat, yang mengharapkan dan mempersiapkan (Bdk. Am 7:2.5; Yes 6:5.8.11; Yer1:6; 15:15-18; 20:7-18) campur tangan Allah yang membebaskan, Tuhan sejarah. 
Mazmur, Doa Jemaat
2585  Dari zaman antara Daud dan kedatangan Mesias terdapat teks-teks doa dalam buku-buku suci yang memberi kesaksian bahwa doa untuk diri sendiri dan untuk orang lain sudah mendalam (Bdk. Ezr 9:6-15; Neh 1:4-11. Yun 2:3-10; Tob 3:11-16; Ydt 9:2-14). Mazmur-mazmur [madah pujian] tahap demi tahap disusun dalam sebuah himpunan dengan lima bagian. Buku Mazmur adalah satu bukti menonjol mengenai doa dalam Perjanjian Lama.        
2586  Mazmur adalah makanan bagi dan ungkapan dari doa Umat Allah, yang pada hari raya besar berkumpul di Yerusalem dan setiap Sabat di sinagoga. Doa ini serentak pribadi dan umum: ia menyangkut mereka yang berdoa itu sendiri dan semua manusia. Ia dilambungkan dari tanah suci dan dari antara umat diaspora, namun merangkul seluruh ciptaan. Mazmur-mazmur mengingatkan kejadian-kejadian keselamatan di masa lampau dan mengarah kepada penyelesaian sejarah. Dalam doa mazmur umat mengenangkan janji-janji yang telah terpenuhi dan menantikan Mesias yang akan menyelesaikan itu secara definitif. Didoakan dan terpenuhi dalam Kristus, mazmur-mazmur mempunyai arti mendasar untuk doa Gereja (Bdk. IGLH 100-109).      
2587  Kitab Mazmur adalah buku, di mana Sabda Allah menjadi doa manusia. Di dalam buku-buku lain dari Perjanjian Lama kata-kata mewartakan karya Allah untuk manusia dan “menerangkan rahasia yang tercantum di dalamnya” (DV 2). Dalam buku mazmur-mazmur kata-kata pemazmur menyatakan karya keselamatan Allah sebagai madah demi penghormatan kepada-Nya. Roh Kudus yang sama mengilhami baik karya Allah maupun jawaban manusia. Kristus mempersatukan kedua-duanya. Di dalam Dia mazmur-mazmur tak henti-hentinya mengajarkan kita berdoa.
2588  Keanekaan gaya mazmur terbentuk baik dalam liturgi umum di kenisah maupun dalam hati masing-masing pendoa. Entah madah pujian, ratapan atau lagu syukur, permohonan pribadi atau bersama, madah raja-raja atau lagu ziarah ataupun renungan mengenai kebijaksanaan, mazmur-mazmur itu mencerminkan karya-karya agung Allah dalam sejarah umat-Nya dan di dalam situasi manusiawi yang dialami oleh pemazmur sendiri. Kalau satu mazmur menceriterakan kembali kejadian di masa lampau, ia melakukannya dengan sangat sederhana, sehingga ia dapat didoakan oleh manusia dari setiap golongan dan segala zaman.                        
2589  Mazmur-mazmur itu sama dalam banyak hal: kesederhanaan dan spontanitas doa; kerinduan akan Allah, yang dimiliki pendoa bersama dengan segala sesuatu yang baik dalam ciptaan. Dalam doa mazmur diungkapkan situasi sulit orang beriman, yang karena cintanya kepada Tuhan harus berhadapan dengan musuh dan godaan, namun tetap menantikan apa yang dilakukan Allah yang setia, sambil berpegang teguh pada cinta kasih Tuhan dan menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Nada dasar doa mazmur adalah pujian, karenanya judul himpunan ini sesuai dengan isinya: “Madah Pujian”. Disusun untuk ibadah umat, mazmur-mamur mengajak untuk berdoa dan serentak bernyanyi sebagai jawaban: Hallelu-Yah!, “Pujilah Tuhan”.
“Apakah ada yang lebih baik dari sebuah mazmur? Karena itu Daud mengatakan dengan tepat: ‘Pujilah Tuhan, sebab mazmur adalah sesuatu yang baik; berilah pujian yang mesra, yang indah!’ bagi Allah. Dan itu memang benar. Karena mazmur adalah satu pujian yang diucapkan oleh umat, satu pujian Allah oleh himpunan umat, sambutan baik dari semua, perkataan yang diucapkan bersama, suara Gereja, pernyataan iman yang merdu bunyinya …” (Ambrosius, Psal. 1, 9).                                                                                   
TEKS-TEKS SINGKAT
2590  “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Allah atau satu permohonan, yang ditujukan kepada Allah untuk memperoleh hal-hal yang benar (Yohanes Damaskus, f.o. 3,24).                      
2591  Tanpa mengenal lelah, Allah memanggil setiap manzisia untuk pertemuan yang penuh rahasia dengan Dia. Doa menyertai sejarah keselamatan sebagai satu seruan Allah mencari manusia dan satu seruan manusia mencari Allah.
2592  Doa Abraham dan Yakub itu bagaikan satu perjuangan iman yang dilakukan dalam kepercayaan kepada kesetiaan Allah, dalam kepastian, kemenangan yang dijanjikan kepada orang yang tabah.           
2593  Doa Musa menjawab campur tangan Allah yang hidup demi keselamatan umat-Nya. Ia adalah pralambang doa syafaat Yesus Kristus, Perantara satu-satunya.
2594  Doa Umat Allah berkembang di sekeliling tempat tinggal Allah, yaitu Tabut Perjanjian dan kenisah; perkembangan itu terjadi di bawah bimbingan gembala-gembalanya, terutama raja Daud dan para nabi.  
2595  Para nabi menyerukan pertobatan hati dan mengajukan permohonan untuk umat, sedangkan mereka sendiri – sebagaimana Elia – dengan semangat berapi-api mencari wajah Allah.
2596  Mazmur-mazmur adalah bukti doa yang menonjol dalam Perjanjian Lama. Mereka mempunyai dua unsur yang tidak terpisahkan: yang satu bersifat pribadi dan yang lain bersifat umum. Mazmur-mazmur menyangkut segala zaman sejarah: mereka mengenangkan janji-janji Allah yang sudah terpenuhi dan mengharapkan kedatangan Mesias.
2597  Karena mazmur-mazmur itu didoakan dan dipenuhi di dalam Kristus, mereka lalu termasuk doa Gereja yang hakiki dan tetap. Mereka cocok bagi manusia dari segala golongan dan segala zaman. 

ARTIKEL 2 – DALAM KEPENUHAN WAKTU

2598  Peristiwa doa diwahyukan sepenuhnya kepada kita dalam Sabda yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Mengerti doa Kristus, seperti yang diwartakan saksi-saksinya kepada kita di dalam Injil, berarti mendekatkan diri kepada Yesus, Tuhan, sebagai semak berduri yang menyala: Mula-mula kita merenungkan bagaimana Ia berdoa, lalu kita mendengar bagaimana Ia mengajar kita berdoa dan akhirnya kita memahami bagaimana Ia mendengarkan doa kita.     
Yesus Berdoa
2599  Putera Allah yang menjadi Putera Perawan Maria, telah belajar berdoa dalam hati manusiawi-Nya. Ia belajar itu dari ibu-Nya, yang menyimpan segala perkara besar dari yang Mahakuasa dalam hatinya dan merenungkannya (Bdk. Luk 1:49;2:19;2:51). Yesus mempelajari doa dengan kata-kata dan bentuk-bentuk, yang dengannya umat-Nya berdoa di dalam sinagoga di Nasaret dan di dalam kenisah. Tetapi doa-Nya muncul dari satu sumber yang lebih tersembunyi; Ia memperlihatkan ini dalam usia dua belas tahun: “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Luk 2:49). Di sinilah bentuk doa yang baru dalam kepenuhan waktu mulai menyatakan diri. Doa seorang anak, yang diharapkan Bapa dari anak-anak, akhirnya dihayati oleh Putera tunggal dalam kodrat manusiawi bersama manusia dan untuk mereka.
2600  Injil menurut Lukas menonjolkan pekerjaan Roh Kudus dan arti doa untuk tugas Yesus. Yesus selalu berdoa sebelum langkah-langkah yang menentukan dalam perutusan-Nya: sebelum Bapa memberi kesaksian tentang Dia waktu pembaptisan (Bdk. Luk 3:21) dan perubahan rupa (Bdk. Luk 9:28) serta sebelum Ia dengan sengsara-Nya memenuhi keputusan Bapa-Nya (Bdk. Luk 22:41-44). Yesus juga berdoa sebelum langkah-langkah yang menentukan bagi perutusan para Rasul-Nya: sebelum Ia memilih dan memanggil keduabelasan (Bdk. Luk 6:12) : sebelum Petrus mengakui Dia sebagai “Mesias Allah” (Bdk. Luk 9:18-20); dan karena itu Ia akhirnya berdoa, supaya iman dari ketua para Rasul tidak goyah (Bdk.Luk 22:32). Dalam doa-doa-Nya sebelum kejadian-kejadian keselamatan, yang Bapa tugaskan kepada-Nya untuk dilaksanakan, Tuhan menyerahkan kehendak manusiawi-Nya dengan rendah hati dan penuh kepercayaan kepada kehendak Bapa-Nya yang penuh cinta.                   
2601  Pernah Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk 11:1). Bukankah murid Yesus pada tempat pertama sekali hendak berdoa, karena ia melihat Gurunya berdoa? Ia dapat belajar doa itu dari Gurunya: dalam memandang dan dalam mendengarkan, bagaimana Putera berdoa kepada Bapa, anak-anak juga mempelajarinya.           
2602  Yesus sering menyingkir, terutama di malam hari, di atas sebuah gunung, dalam kesepian, untuk berdoa (Bdk. Mrk l:35;6:46; Luk 5:16). Oleh karena dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia Ia menerima kodrat manusia, Ia juga menopang manusia dalam doa-Nya dan mempersembahkan mereka kepada Bapa, dengan menyerahkan diri sendiri. Ia, Sabda “yang menjadi manusia”, mengambil bagian dalam doa manusiawi-Nya dalam segala sesuatu, yang dialami oleh “saudara-saudara-Nya” (Ibr 2:12); Ia turut merasakan Kelemahan mereka untuk membebaskan mereka darinya (Bdk. Ibr 2:15;4:15). Untuk itu Ia telah diutus oleh Bapa. Dengan demikian, sabda dan karya-Nya seakan-akan adalah ungkapan yang kelihatan dari doa yang Ia lakukan dalam kesunyian.             
2603  Para penginjil melaporkan dua doa Kristus semasa karya-Nya secara eksplisit. Kedua-duanya mulai dengan ucapan terima kasih.
Dalam doa pertama (Bdk. Mat 11:25-27; Luk 10:21-23) Yesus mengakui dan memuji Bapa karena Ia menyembunyikan rahasia-rahasia Kerajaan Allah bagi mereka yang menganggap diri bijaksana, tetapi menyatakan-Nya kepada orang kecil – yang miskin dalam sabda bahagia. Dalam seruan kegembiraan-Nya “Ya Bapa”, terbukalah kedalaman hati-Nya: kesesuaian dengan apa yang berkenan kepada Bapa. Itu merupakan gema dari “Fiat” ibu Yesus pada saat Ia dikandung. Seruan Kristus adalah satu antisipasi dari Ya, yang akan Ia sampaikan kepada Bapa-Nya sebelum kematian-Nya. Seluruh doa Yesus mendapat tempatnya di dalam persetujuan hati manusiawi-Nya yang penuh kasih terhadap Bapa dan “rahasia kehendak-Nya” (Ef 1:9).                     2637, 2546, 494
2604  Doa kedua disampaikan oleh santo Yohanes. Dan ini diceritakan dalam hubungan dengan pembangkitan Lasarus (Bdk. Yoh 11:41-42). Ucapan terima kasih mendahului peristiwa itu: “Bapa, Aku berterima kasih kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku”. Ini berarti bahwa Bapa selalu mengabulkan permohonan Yesus. Dan Yesus langsung menambahkan: “Aku mengetahui, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku”. Ini menandakan bahwa Yesus selalu memohon. Doa Yesus yang didukung oleh ucapan terima kasih, mengatakan kepada kita bagaimana kita harus berdoa: malahan sebelum anugerah diberikan, Yesus menyetujui Allah yang memberi dan yang menganugerahkan Diri sendiri di dalam anugerah-Nya. Pemberi lebih bernilai daripada anugerah yang diberikan. Ia adalah “harta”, dan hati putera-Nya ada pada-Nya. Anugerah itu sendiri “ditambahkan” (Bdk. Mat 6:21.33).
Doa Yesus,”Imam Agung” (Bdk.Yoh 17) mendapat tempat yang khusus dalam tata keselamatan. Itu direnungkan pada akhir seksi pertama. Ia menyatakan doa Imam Agung kita yang selalu hadir dan serentak mengandung apa yang Ia ajarkan kepada kita untuk doa kita kepada Bapa. Doa ini dibentangkan dalam seksi kedua.        478, 2746
2605  Ketika saat-Nya tiba, di mana Ia harus memenuhi keputusan cinta kasih Bapa-Nya, Yesus sebagai Putera membukakan kedalaman doa-Nya yang tidak terduga. Kedalaman ini dilihat tidak hanya sebelum Ia menyerahkan Diri secara sukarela (“Ya Bapa-Ku… bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu-lah yang terjadi” Luk 22:42), tetapi malahan dalam kata-kata-Nya yang terakhir di kayu salib, di mana doa dan penyerahan Diri menjadi satu secara sempurna :
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan berada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus” (Luk 23:43).
“Ibu, inilah anakmu!… inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27).
“Aku haus” (Yoh 19:28).
“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mrk 15:34)4.
“Selesailah sudah” (Yoh 19:30).
“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46).               
Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya (Bdk. Mrk 15:37; Yoh 19:30b).       
2606  Dalam seruan Sabda yang menjadi manusia ini tersimpul segala kesusahan manusia dari segala zaman yang dikungkung oleh dosa dan kematian, dan setiap permohonan serta syafaat sejarah keselamatan. Bapa menerima semuanya dan mengabulkan-Nya dengan satu cara yang melampaui segala harapan manusia, melalui kebangkitan Putera-Nya. Di situ dipenuhi dan disempurnakan jalan doa di dalam tata ciptaan dan tata penebusan. Di dalam Kristus, buku Mazmur menyingkapkan arti doa bagi kita. Karena di dalam “kekinian” kebangkitan, Bapa berkata: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu” (Mzm 2:7-8; Bdk. Kis 13:33).
Surat Ibrani mengungkapkan secara dramatis, bagaimana doa Yesus memenangkan keselamatan: “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekarang Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya” (Ibr 5:7-9).    
Yesus Mengajar Berdoa
2607  Kalau Yesus berdoa, Ia sudah mengajar kita berdoa. Cara doa kita
yang berkenan kepada Allah adalah doa Yesus kepada Bapa-Nya. Tetapi di samping
semuanya itu, Injil memberi kepada kita ajaran Yesus yang jelas mengenai doa.
Sebagai pendidik yang bijaksana, Ia menjemput kita di tempat kita berada dan
membimbing kita langkah demi langkah menuju Bapa. Dalam kata-kata-Nya kepada
orang yang mengikuti-Nya, Yesus beranjak dari apa yang mereka sudah tahu
mengenai doa dari Perjanjian Lama, dan membuka hati mereka untuk unsur baru
dari Kerajaan yang akan datang. Lalu Ia menyatakan yang baru itu kepada
khalayak dalam perumpamaan-perumpamaan. Akhirnya Ia berbicara kepada
murid-murid-Nya, yang akan menjadi pembina doa di dalam Gereja-Nya, secara
terbuka mengenai Bapa dan mengenai Roh Kudus.                                          
2608  Sejak khotbah di bukit Yesus menekankan arti pertobatan hati.
Sebelum kita membawa persembahan ke altar, kita harus berdamai dengan saudara
kita (Bdk. Mat 5:23-24). Kita harus mencintai musuh dan berdoa untuk penghambat
kita (Bdk. Mat 5:44-45). Kita harus berdoa kepada “Bapa yang ada di tempat
tersembunyi” (Mat 6:6) dan jangan mengucapkan banyak kata (Bdk. Mat 6:7),
mengampuni dengan segenap hati di dalam doa (Bdk. Mat 6:14-15), memiliki hati
yang murni dan mencari Kerajaan Allah (Bdk. Mat 6:21.25.33). Pertobatan ini
sepenuhnya diarahkan kepada Bapa. Pertobatan berarti seorang anak mendekati
Bapa-Nya.
2609  Kalau hati sudah bertekad untuk bertobat, ia lalu belajar berdoa
dalam iman. Iman adalah persetujuan seorang anak dengan Allah, melebihi
perasaan dan pemahaman kita. Penyerahan diri ini menjadi mungkin, karena Putera
tercinta telah membuka jalan bagi kita menuju Bapa. Putera dapat menuntut dari
kita untuk “mencari” dan “mengetuk”, karena Ia sendiri
adalah pintu dan jalan (Bdk. Mat 7:7-11.13-14).   
2610  Dalam doa kepada Bapa, Yesus berterima kasih, sebelum Ia menerima
anugerah-Nya. Dengan demikian Ia mengajar kita, supaya bertindak dalam
keberanian yang sama sebagai seorang anak: “Apa saja yang kamu minta dan
doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya” (Mrk 11:24). Ini
merupakan kekuatan doa, karena “tidak ada yang mustahil bagi orang yang
percaya” (Mrk 9:23) dan “tidak bimbang” (Mat 21:21) dalam iman
ini. Yesus bersedih hati karena “ketidakpercayaan” (Mrk 6:6) sanak
Keluarga dan “orang yang kurang percaya” di antara murid-inurid-Nya
(Mat 8:26), dan Ia amat kagum akan “iman besar” dari perwira Roma
(Mat 8:10) dan wanita Kanaan (Bdk. Mat 15:28).
2611  Doa iman tidak hanya berarti orang mengatakan “Tuhan,
Tuhan”, tetapi bahwa orang mempersiapkan hatinya untuk melakukan kehendak
Bapa (Bdk. Mat 7:21). Yesus mengajak murid-murid-Nya, supaya mendukung usaha ini
untuk bekerja sama dengan rencana ilahi, di dalam doa( Bdk. Mat 9:38; Luk 10:2; Yoh 4:34).       
2612  Di dalam Yesus, Kerajaan Allah sudah dekat. Yesus meminta supaya bertobat dan percaya, tetapi juga supaya berjaga-jaga. Dalam doa, murid menantikan dengan penuh perhatian Dia yang ada dan yang datang, sambil mengingat kedatangan pertama dalam kerendahan daging dan berharap akan kedatangan-Nya yang kedua dalam kemuliaan (Bdk. Mrk 13; Luk 21:34-36). Doa murid-murid adalah satu perjuangan, yang dimenangkan dalam persekutuan dengan Guru: siapa yang berkanjang dalam doa, tidak masuk ke dalam percobaan (Bdk. Luk 22:40-46).       
2613  Santo Lukas menyampaikan kepada kita tiga perumpamaan penting mengenai doa:
Yang pertama berbicara mengenai sahabat yang tidak tahu malu (Bdk. Luk 11:5-13) dan meminta supaya berdoa dengan mendesak: “Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”. Bapa di surga akan memberikan kepada orang yang berdoa demikian, apa yang ia butuhkan, terutama Roh Kudus, rangkuman semua anugerah yang baik.
Yang kedua bercerita tentang janda yang selalu mendesak (Bdk. Luk 18:1-8); perumpaman ini mengarah kepada sifat doa yang lain: berdoa tanpa henti-hentinya dalam kesabaran beriman. “Tetapi apakah Anak Manusia masih menemukan iman di bumi ini kalau Ia datang?”
Perumpamaan ketiga tentang orang Farisi dan pemungut cukai (Bdk. Luk 18:9-14) menuntut kerendahan hati waktu berdoa. “Allah, kasihanilah aku orang berdosa”. Gereja selalu menggunakan doa ini: “Kyrie eleison !”        
2614  Ketika Yesus menyampaikan kepada murid-murid-Nya rahasia doa kepada Bapa, Ia menyingkapkan kepada mereka, bagaimana seharusnya doa mereka – dan dengan demikian juga doa kita – setelah Ia kembali lagi kepada Bapa-Nya dalam kodrat manusia-Nya yang dimuliakan: yang baru ialah permohonan atas nama-Nya (Bdk. Yoh 14:13-14). Iman kepada Kristus mengantar para murid masuk ke dalam perkenalan Bapa, karena Yesus adalah “jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Iman membuahkan cinta kasih: kita berpedoman kepada kata-kata dan perintah Yesus; kita tinggal di dalam Bapa yang mengasihi kita di dalam Kristus sedemikian, sehingga Ia tinggal di dalam kita. Di dalam Perjanjian Baru, ada kepastian bahwa doa-doa kita akan dikabulkan berdasarkan doa Kristus (Bdk. Yoh 14:13-14).                                                                                       
2615  Lebih lagi: Kalau doa kita bersatu dengan doa Yesus, Ia memenuhi janji-Nya: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya yaitu Roh Kebenaran” (Yoh 14:16-17). Dimensi doa yang baru ini menyata dalam wejangan perpisahan (Bdk. Yoh 14:23-26; 15:7.16; 16:13-15; 16:23-27). Dalam Roh Kudus, doa Kristen adalah persatuan dalam cinta kasih dengan Bapa, bukan hanya melalui Kristus, melainkan juga di dalam Dia: “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yoh 16:24).            
Yesus Mengabulkan Doa
2616  Doa yang diarahkan kepada Yesus sudah dikabulkan-Nya sewaktu karya-Nya melalui tanda-tanda, yang mengantisipasi daya kematian dan kebangkitan-Nya. Yesus mengabulkan doa yang beriman, yang diungkapkan lewat kata-kata : permohonan penderita kusta (Bdk.Mrk 1:40-41), Yairus (Bdk. Mrk 5:36), wanita Kanaan (Bdk. Mrk 7:29), dan penyamun yang baik (Bdk. Luk 23:39-43); tetapi juga permohonan yang tidak diungkapkan : pengusung orang lumpuh (Bdk. Mrk 2:5), wanita yang menderita pendarahan, yang menjamah jubah-Nya (Bdk. Mrk 5:28) dan air mata dan minyak wangi dari wanita pendosa (Bdk. Luk 7:37-38.). Permohonan mendesak dari orang-orang buta: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud!” (Mat 9:27); “Anak Daud, kasihanilah aku!” (Mat 10:48) diambil dalam tradisi doa Yesus: “Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah, kasihanilah aku orang berdosa!” Yesus selalu mengabulkan doa yang disampaikan kepada-Nya dengan penuh iman, demi penyembuhan penyakit-penyakit atau demi pengampunan dosa: “Pergilah dalam damai; imanmu telah menyelamatkan engkau”.
Santo Agustinus menyimpulkan ketiga dimensi doa Yesus dengan sangat cemerlang: “Ia berdoa bagi kita sebagai Imam kita; Ia berdoa di dalam kita sebagai Kepala kita; kita berdoa kepada-Nya sebagai Allah kita. Jadi, hendaknya kita mendengarkan suara kita di dalam-Nya dan suara-Nya di dalam kita” (Psal. 85,1; Bdk. IGLH 7).                          
Doa Perawan Maria
2617  Doa Maria dinyatakan kepada kita pada awal kepenuhan waktu. Sebelum penjelmaan Putera Allah menjadi manusia dan sebelum pencurahan Roh Kudus, doanya secara istimewa turut serta dalam rencana Bapa yang penuh rahmat: untuk mengandung Kristus pada saat pewartaan (Bdk. Luk 1:38), dan untuk pendirian Gereja, Tubuh Kristus, pada hari Pentekosta (Bdk. Kis 1:14). Dalam iman hamba-Nya yang rendah hati, anugerah Allah diterima atas cara yang ia nantikan sejak awal segala waktu. “Dipenuhi dengan rahmat” oleh Yang Mahakuasa, Maria menjawab melalui penyerahan seluruh dirinya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”. Fiat! – itulah doa Kristen: sepenuhnya menjadi milik-Nya, karena Ia sepenuhnya menjadi milik kita.      
2618  Injil menyatakan kepada kita, bagaimana Maria berdoa dan menjadi perantara dalam iman: di Kana (Bdk. Yoh 2:1-12), ibu Yesus meminta apa yang dibutuhkan untuk perjamuan perkawinan. Perjamuan ini adalah tanda bagi satu perjamuan lain: yakni perjamuan perkawinan Anak Domba, di mana Kristus, atas permohonan Gereja sebagai mempelai-Nya, menyerahkan tubuh dan darah-Nya. Pada saat Perjanjian Baru, Maria didengarkan pada kaki salib . Karena ia adalah wanita, Hawa baru, “ibu semua orang hidup”, yang benar.
2619  Karena itu, madah pujian Maria (Bdk. Luk 1:46-55 ; dalam bahasa Latin “Magnificat”, dalam bahasa yunani “Megalinarion”) sekaligus merupakan – madah pujian Bunda Allah.dan Gereja, madah pujian Puteri Sion dan Umat Allah yang baru. Ia adalah madah syukur atas kepenuhan rahmat yang diberikan dalam tata keselamatan, satu kidung “orang miskin”, yang harapannya dipenuhi berlimpah ruah, karena janji-janji, yang diberikan “kepada Abraham. dan keturunannya untuk selama-lamanya”, dipenuhi.                                              
TEKS-TEKS SINGKAT
2620  Dalam Perjanjian Baru, doa Yesus, Putera Allah, adalah contoh sempurna bagi setiap doa. Doa Yesus – sering kali dalam kesunyian dan tersembunyi – merupakan persetujuan penuh cinta kepada kehendak Bapa sampai di salib dan dalam kepercayaan absolut bahwa Ia akan didengarkan.                          
2621  Di dalam ajaran-Nya, Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa dengan hati yang bersih, dengan iman yang hidup dan tabah, serta dengan keberanian seorang anak. Ia meminta dengan sangat, supaya berwaspada dan mengundang mereka untuk menyampaikan permohonannya kepada Allah dalam nama-Nya. Yesus Kristus sendiri mengabulkan permohonan-permohonan yang disampaikan kepada-Nya.          
2622  Doa Perawan Maria dalam “Fiat “nya dan dalam “Magnificat ” ditandai dengan penyerahan seluruh diri dalam iman.

ARTIKEL 3 – PADA MASA GEREJA

2623  Pada hari Pentekosta dicurahkanlah atas para murid, Roh yang
dijanjikan. Mereka “semua berkumpul di satu tempat” (Kis 2:1),
“bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama” (Kis 1:14) dan
menantikan Roh Kudus. Roh yang mengajarkan Gereja dan yang mengingatkan dia
akan segala sesuatu yang telah dikatakan Yesus Bdk. Yoh 14:26., serta
mendidiknya menuju suatu kehidupan doa.                                   
2624  Orang beriman dari umat perdana di Yerusalem “bertekun dalam
pengajaran Rasul-Rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa” (Kis 2:42). Urutan ini sangat berarti: doa
Gereja berdasarkan atas iman para Rasul, disahkan oleh cinta kasih, dan
dipelihara dalam Ekaristi.       
2625  Umat beriman pada mulanya mempertahankan doa-doa yang mereka dengar
dan baca dalam Kitab Suci. Tetapi mereka menghubungkannya dengan waktu
sekarang. Ini berlaku terutama untuk mazmur-mazmur yang sudah dipenuhi di dalam
Kristus Bdk. Luk 24:27.44.. Roh Kudus yang memperingatkan Gereja-Nya yang
berdoa kepada Kristus, mengantar dia juga ke dalam seluruh kebenaran. Ia
mengajak, agar mengungkapkan secara baru misteri Kristus yang tidak terduga,
yang sedang bekerja dalam kehidupan, dalam Sakramen-sakramen dan dalam
perutusan Gereja. Cara ungkapan yang baru ini berkembang dalam tradisi-tradisi
liturgis dan rohani yang besar. Bentuk-bentuk doa yang ditradisikan dalam
buku-buku kanonis para Rasul menjadi patokan bagi doa Kristen.    
I. * Berkat dan Penyembahan
2626  Berkat merupakan tindakan dasariah doa Kristen: pertemuan antara
Allah dan manusia. Di dalam berkat itu, anugerah Allah dan penerimaannya oleh
manusia bersatu dalam sapaan timbal balik. Doa yang memberkati adalah jawaban
manusia atas anugerah-anugerah Allah. Karena Allah memberkati, maka hati
manusia dapat memuja Dia yang adalah sumber segala berkat Perkataan Latin
“benedicere” mempunyai arti ganda “memberkati” dan
“memuji” (catatan penerjemah)..                                                                                     
2627  Pertemuan ini pada hakikatnya mempunyai dua arah: pada satu pihak
ia naik – dibawa oleh Roh Kudus – melalui Kristus kepada Bapa: kita memuja Dia,
karena Ia memberkati kita Bdk. Ef 1:3-14; 2 Kor 1:3-7; 1 Ptr 1:3-9.. Di lain
pihak, kita memohon rahmat Roh Kudus yang turun dari Bapa melalui Kristus:
Allah memberkati kita Bdk. 2 Kor 13:13; Rm 15:5-6.13; Ef 6:23-24..
2628  Penyembahan adalah sikap pertama manusia, yang mengakui diri
sebagai makhluk di depan Pencipta-Nya. Ia memuliakan kebesaran Tuhan yang
menciptakan kita Bdk. Mzm 95:1-6., dan kemahakuasaan Penyelamat yang
membebaskan kita dari yang jahat. Dalam penyembahan, roh menundukkan diri di
depan “Raja kemuliaan” (Mzm 24:9-10). Penyembahan Allah yang kudus
dan yang harus dicintai di atas segala-galanya, memenuhi kita dengan kerendahan
hati dan memberi kepercayaan teguh kepada permohonan kita.
II. * Doa Permohonan
2629  Dalam Perjanjian Baru kita temukan pelbagai kata untuk permohonan:
memohon, meminta, meminta dengan sangat, menyeru, menjerit, berteriak, malahan
juga “bergumul dalam doa”Bdk. Rm 15:30; Ko14:12.. Tetapi ungkapan
yang paling biasa dan paling cocok adalah “memohon”. Dalam doa
permohonan terungkap kesadaran akan hubungan kita dengan Allah. Kita adalah
makhluk, dan karena itu, bukan asal-usul kita sendiri, bukan tuan atas
keberadaan kita, dan juga bukan tujuan kita yang terakhir. Sebagai orang
berdosa, kita orang Kristen pun tahu bahwa kita selalu saja memalingkan diri
dari Bapa kita. Permohonan itu sendiri sudah merupakan langkah berbalik kepada
Allah.
2630  Perjanjian Baru hampir tidak mengenal doa keluhan, seperti yang
sering ditemukan dalam Perjanjian Lama. Dalam Kristus yang bangkit, doa Gereja
diwarnai oleh harapan, meskipun kita masih menanti dan masih harus menobatkan
diri hari demi hari. Doa Kristen muncul dari kedalaman yang lebih besar. Santo
Paulus menamakan asal doa ini “mengeluh”; yang ia maksudkan, ciptaan
yang “mengeluh dan merasa sakit bersalin” (Rm 8:22). Ia juga
maksudkan kita, karena kita “mengeluh dalam hati sambil menantikan
pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan
dalam harapan” (Rm 8:23-24). Akhirnya santo Paulus juga maksudkan Roh
Kudus, yang, menggantikan kita “dalam kelemahan kita, sebab kita tidak
tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita
kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm 8:26).       
2631  Mohon pengampunan adalah bentuk pertama dari doa permohonan. Itu
ditemukan misalnya dalam doa pemungut cukai: “Ya Allah, kasihanilah aku
orang berdosa ini” (Luk 18:13). Doa itu merupakan prasyarat untuk doa yang
baik dan jujur. Kerendahan hati yang penuh kepercayaan, menempatkan kembali
kita dalam terang persekutuan dengan Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus, dan
dengan demikian dalam persekutuan antara kita manusiaBdk. 1 Yoh 1:7-2:2.. Lalu,
“apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari-Nya” (1 Yoh 3:22).
Doa mohon pengampunan harus mendahului perayaan Ekaristi dan doa pribadi.                 
2632  Menurut ajaran Yesus, dalam pusat doa Kristen terdapat kerinduan
akan dan pencarian Kerajaan Allah Bdk. Mat 6:10.33; Luk 11:2.13.. Untuk itu
terdapat satu hierarki permohonan: pertama-tama kita memohon Kerajaan dan
sesudah itu segala sesuatu yang kita butuhkan untuk menerimanya dan untuk turut
bekerja demi kedatangannya. Turut serta dalam perutusan Kristus dan Roh Kudus,
yang kini meqiadi perutusan Gereja, adalah pokok doa umat apostolikBdk. Kis
6:6; 13.3.. Doa santo Paulus menunjukkan kepada kita, bagaimana keprihatinan
ilahi untuk semua Gereja harus menjiwai doa Kristen Bdk Rm 10:1; Ef 1:16-23;
Flp 1:9-11; Kol 1:3-6; 4:3-4.12.. Melalui doa, setiap orang yang dibaptis ikut
bekerja demi kedatangan Kerajaan Allah.                   
2633  Setiap orang yang atas cara demikian mengambil bagian dalam cinta
kasih Allah yang menyelamatkan, mengerti bahwa setiap kebutuhan dapat menjadi
pokok doa. Kristus yang telah menerima segala sesuatu, menebus segala sesuatu,
dimuliakan oleh permohonan yang kita ajukan kepada Bapa dalam nama-NyaBdk. Yoh
14:13.. Untuk itu santo Yakobus Bdk. Yak 1:5-8. dan santo Paulus Bdk. Ef 5:20;
Flp 4:6-7; Ko13:16-17; 1 Tes 5:17-18. mengajak kita, agar berdoa setiap waktu.
       
III. * Doa Syafaat
2634  Doa syafaat adalah doa permohonan yang membuat doa kita serupa
dengan doa Yesus. Ia adalah Perantara satu-satunya pada Bapa untuk semua
manusia, terutama untuk orang berdosa Bdk. Rm 8:34; 1 Yoh 2:1; 1 Tim 2:5-8.. Ia
sanggup “menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang
kepada Allah. Sebab, Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”
(Ibr 7:25). “Roh [Kudus sendiri] membantu kita dalam kelemahan kita; …
sesuai dengan kehendak Allah, Ia berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm
8:26-27).          
2635  Setiap hati yang sesuai dengan kerahiman Allah, sejak Abraham,
dapat membantu orang-orang lain dan memohon bagi mereka. Pada masa Gereja, doa
syafaat orang Kristen mengambil bagian dalam doa syafaat Kristus; ialah
ungkapan persekutuan orang-orang kudus. Dalam doa syafaat setiap pendoa
“tidak memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain
juga” (Flp 2:4) – ya, ia malahan berdoa bagi mereka yang berbuat jahat
terhadapnya Bdk. St. Stefanus yang sama seperti Yesus mendoakan mereka yang
menyiksanya: Kis 7:60; Luk 23:28.34..                                                                                        
2636  Umat Kristen pertama tetap saling mendoakan dengan tekun (Bdk. Kis 12:5; 20:36; 21:5; 2 Kor 9:14). Dengan cara ini Rasul santo Paulus mengikutsertakan mereka dalam pelayanan Injil (Bdk. Ef 6:18-20; Kol 4:3-4; 1 Tes 5:25), tetapi ia juga senantiasa berdoa untuk mereka (Bdk. 2 Tes 1:11; Kol 1:3; Flp 1:3-4). Doa syafaat warga Kristen tidak mengenal tapal batas: ia berlaku “untuk semua orang, untuk raja-raja, dan untuk semua pembesar” (1 Tim 2:1-2). Warga Kristen berdoa pula untuk para penghambat (Bdk. Rm 12:14) dan untuk keselamatan mereka yang menolak Injil (Bdk. Rm 10: 1).                                                                                  
IV. * Doa Syukur
2637  Ucapan syukur merupakan ciri khas doa di dalam Gereja, yang dalam perayaan Ekaristi [= ucapan syukur] menyatakan hakikatnya dan terbentuk menurut apa yang dinyatakan itu. Sesungguhnya melalui karya penyelamatan-Nya, Kristus membebaskan ciptaan dari dosa dan kematian, menahbiskannya secara baru dan mengembalikannya kepada Bapa, demi kemuliaan-Nya. Ucapan terima kasih anggota-anggota tubuh mengambil bagian dalam ucapan terima kasih Kepalanya. 
2638  Tiap kejadian dan kebutuhan dapat menjadi kurban syukur, sama seperti mereka dapat menjadi pokok doa permohonan. Surat-surat santo Paulus sering kali mulai dan berakhir dengan ucapan terima kasih, yang selalu menunjuk kepada Yesus. “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes 5:18). “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kol 4:2).
V * Doa Pujian
2639  Pujian adalah bentuk doa yang mengakui Allah secara paling
langsung. Pujian mengagungkan Allah demi diri-Nya sendiri. Ia memberikan hormat
kepada-Nya, bukan hanya karena perbuatan-perbuatan-Nya, melainkan karena Ia
ada. Siapa memuji Allah, mengambil bagian dalam kebahagiaan mereka yang murni
hatinya: ia mencintai Allah dalam iman, sebelum ia memandang-Nya dalam
kemuliaan. Melalui doa pujian, Roh Kudus mempersatukan diri dengan roh kita,
untuk menyaksikan bahwa kita adalah anak-anak Allah Bdk. Rm 8:16.. Ia memberi
kesaksian untuk Putera yang tunggal; di dalam Dia kita menjadi anak angkat dan
oleh-Nya kita memuliakan Bapa. Pujian mencakup bentuk-bentuk doa yang lain dan
membawanya menuju sumber dan tujuannya: “satu Allah yaitu Bapa. Dari
pada-Nya berasal segala sesuatu dan untuk Dialah kita hidup” (1 Kor 8:6).
2640  Santo Lukas sering menyinggung dalam Injilnya, keheranan dan
pujian, yang disebabkan oleh mukjizat-mukjizat Kristus. Keheranan dan pujian
itu disebabkan juga oleh perbuatan-perbuatan para Rasul, yang pada dasarnya
merupakan perbuatan Roh Kudus: misalnya pembentukan umat di Yerusalem Bdk. Kis
2:47. dan penyembuhan orang lumpuh oleh Petrus dan Yohanes Bdk. Kis 3:9..
Kerumunan orang banyak memuliakan Allah karena penyembuhan ini Bdk. Kis 4:21..
Ketika diwartakan kabar gembira kepada orang-orang kafir di Pisidia,
“bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan
firman Tuhan” (Kis 13:48).       
2641  “Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung
puji-pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan
segenap hati” (Ef 5:19) Bdk. Kol 3: 16.. Sebagaimana pengarang Perjanjian
Baru yang diilhami, demikian pula umat Kristen pertama membaca buku Mazmur
secara baru: dengan lagu-lagu ini mereka menyanyikan misteri Kristus. Dalam
kekuatan Roh, mereka sendiri menyusun madah dan kidung pujian. Dalam pada itu
mereka bertitik tolak dari kejadian unik, yang telah Allah selesaikan dalam
penjelmaan Putera-Nya menjadi manusia, kematian-Nya yang mengalahkan maut, kebangkitan
dan kenaikan-Nya ke sisi kanan Bapa Bdk. Flp 2:6-11; Kol 1:15-20; Ef 5:14; 1
Tim 3:16.. Dari “mukjizat segala mukjizat” dalam tata keselamatan
ini, muncullah doksologi, pujian bagi Allah Bdk. Ef 1:3-14; Rm 16:25-27; Ef
3:20-21; Yud 24-25..       
2642  Pewahyuan tentang “peristiwa-peristiwa yang akan terjadi”
(Why 1:1), buku Wahyu, diwamai oleh lagu-lagu liturgi surgawi Bdk. Why 4:8-11;
5:9-14; 7:10-12. dan oleh doa syafaat “para saksi” [Martir] Bdk. Why
6:12.. Para nabi dan para kudus, semua orang yang karena kesaksian untuk Yesus
telah dibunuh di atas bumi Bdk. Why 18:24., himpunan orang yang tak terhitung
jumlahnya, yang keluar dari kesulitan-kesulitan besar, sudah mendahului kita
masuk ke dalam Kerajaan. Mereka mengagungkan kemuliaan dari Dia yang duduk di
atas takhta, dan dari Anak Domba Bdk. Why 19:1-8.. Dalam persekutuan dengan
mereka, Gereja di bumi juga menyanyikan lagu pujian dalam iman dan dalam
percobaan. Dalam permohonan dan dalam syafaat, orang beriman berharap meskipun
tidak ada dasar untuk berharap, dan berterima kasih kepada “Bapa segala
terang”, dari Siapa datang “setiap pemberian yang baik dan setiap
anugerah yang sempurna” (Yak 1:17). Dengan cara ini iman menjadi pujian
murni.             
2643  Ekaristi mencakup dan menyatakan semua bentuk doa ini: Ia adalah
“persembahan murni” Tubuh Kristus paripuma, “demi kehormatan
nama-Nya Bdk. Mal 1:11.”. Menurut tradisi Timur dan Barat, ia adalah
benar-benar “kurban pujian”.                                                                                              
TEKS-TEKS SINGKAT
2644  Roh Kudus yang mengajar Gereja dan
mengingatkan segala sesuatu yang telah Yesus katakan, juga mendidiknya dalam
kehidupan doa. Di dalam kerangka bentuk-bentuk yang tetap sama yakni berkat,
permohonan, syafaat, ucapan terima kasih, dan pujian, Roh membangkitkan
cara-cara ungkapan baru.           
2645  Oleh karena Allah memberkati hati manusia,
maka dari pihaknya, manusia juga dapat memberkati dan memuji Allah, yang adalah
sumber segala berkat.
2646  Pengampunan, datangnya Kerajaan Allah, dan
setiap kebutuhan yang benar adalah obyek doa permohonan.       
2647  Doa syafaat merupakan permohonan untuk
kepentingan orang lain. Ia tidak mengenal tapal batas dan mencakup pula
musuh-musuh.
2648  Tiap kegembiraan dan tiap kesusahan, tiap
kejadian dan kebutuhan, dapat menjadi pokok ucapan terima kasih, yang mengambil
bagian dalam ucapan terima kasih Kristus dan yang harus memenuhi seluruh
kehidupan: “Mengucap syukurlah dalam segala hal ” (1 Tes 5:18).                                    
2649  Doa pujian sama sekali tidak ingat diri, ia
secara murni terarah kepada Allah. Ia memuji-Nya karena diri-Nya sendiri; ia memuliakan-Nya,
bukan hanya karena perbuatan-Nya, melainkan karena Ia ada.

 

BAB II :
TRADISI DOA

2650  Doa tidak terbatas pada pengungkapan spontan suatu dorongan batin;
doa harus dikehendaki. Juga tidak cukup untuk mengetahui, apa yang Kitab Suci
wahyukan tentang doa; doa harus dilatih. Roh Kudus mengajar anak-anak Allah
berdoa dalam “Gereja yang beriman dan berdoa” (DV 8) melalui tradisi
hidup, tradisi kudus.            
2651  Tradisi doa Kristen adalah satu dari bentuk-bentuk, dalamnya
pentradisian iman berlangsung. Ini terjadi terutama dengan studi dan renungan
kaum beriman, yang menyimpan kejadian-kejadian dan kata-kata keselamatan dalam
hatinya dan semakin mendalami kenyataan-kenyataan rohani yang mereka alami Bdk.
DV 8..          

ARTIKEL 4 – PADA SUMBER-SUMBER DOA

2652  Roh Kudus adalah “air yang hidup”, yang dalam hati pendoa
menjadi “sumber yang membual”, “yang airnya memberi kehidupan
kekal” (Yoh 4:14). Ia mengajar kepada kita, supaya menerima Kristus pada
sumber ini. Dalam kehidupan Kristen terdapat sumber-sumber air, di mana Kristus
menantikan kita, untuk memuaskan dahaga kita dengan Roh Kudus.                                                               
Sabda Allah
2653  Gereja menasihati semua umat beriman Kristen dengan
sungguh-sungguh, “agar dengan sering membaca Kitab Suci, mereka sampai
kepada suatu pengetahuan yang unggul mengenai Kristus”. Mereka harus
selalu ingat, “bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya
terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab ‘kita berbicara
dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi’
(Ambrosius, off. 1,88)” (DV 25).                                                                     
2654  Bapa-bapa kehidupan rohani menyimpulkan dalam tafsirannya mengenai
Matius 7:7 sikap-sikap hati, yang dalam doa dipelihara oleh Sabda Allah:
“Kalau membaca, carilah dan kamu akan menemukan dalam renungan; kalau
berdoa, ketuklah dan bagimu akan dibukakan melalui meditasi” Bdk. Guigo
Karthai, scala..        
Liturgi Gereja
2655  Perutusan Kristus dan Roh Kudus, yang mewartakan, menghadirkan dan
menyampaikan misteri keselamatan di dalam liturgi sakramental Gereja,
dilanjutkan dalam hati yang berdoa. Kadang-kadang bapa-bapa rohani
membanding-bandingkan hati dengan sebuah altar. Doa menampung liturgi selama
dan sesudah perayaan dalam dirinya dan menjadikannya miliknya sendiri. Juga
apabila doa itu dilakukan “di tempat tersembunyi” (Mat 6:6), ia tetap
doa Gereja dan persekutuan bersama Tritunggal Mahakudus Bdk. IGLH 9..          
Kebajikan Ilahi
2656  Kita masuk ke dalam doa seperti ke dalam liturgi: melalui pintu
iman yang sempit. Dalam tanda-tanda kehadiran Tuhan kita mencari dan merindukan
wajah-Nya. Di dalam tanda-tanda itu kita hendak mendengarkan Sabda-Nya dan
menyimpannya.                                                                       1812-1829
2657  Roh Kudus mengajar kita, supaya merayakan liturgi dalam penantian
akan kedatangan Kristus kembali; dengan demikian ia mendidik kita berdoa dalam
harapan. Doa Gereja dan doa pribadi memperkuat harapan di dalam kita. Terutama
mazmur-mazmur dengan bahasanya yang konkret dan kaya-raya mengajar kepada kita,
supaya menaruh harapan kita kepada Allah: “Aku sangat menanti-nantikan
Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong”
(Mzm 40:2). “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala
sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus
kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm 15:13).
2658  “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada
kita” (Rm 5:5). Doa, yang dibentuk oleh kehidupan liturgi, menimba
segala-galanya dari cinta kasih, dengannya kita dicintai dalam Kristus. Ia
membuat kita menjawab dengan mencinta, sebagaimana Ia mencintai kita. Cinta kasih
adalah sumber utama bagi doa; siapa menimba darinya, mencapai puncak doa
tertinggi:
“Aku mencintai Engkau, ya
Allahku, dan kerinduanku satu-satunya ialah mencintai Engkau sampai hembusan
napas terakhir hidupku. Aku mencintai Engkau, ya Allahku, yang patut dicintai
tanpa batas, dan aku lebih suka mati dalam cinta kepada-Mu, daripada hidup
tanpa cinta kepada-Mu. Aku mencintai Engkau, ya Tuhan, dan rahmat satu-satunya,
yang aku mohon dari-Mu ialah rahmat supaya mencintai Engkau sampai kekal…
Allahku, kalau lidahku tidak dapat mengatakan setiap saat bahwa aku mencintai
Engkau, maka aku mau bahwa hatiku mengulanginya untuk-Mu sekian banyak kali,
sebanyak aku bernapas” (Jean Marie Vianney, Doa).       
“Hari Ini”
2659  Kalau kita mendengar Sabda Tuhan dan mengambil bagian dalam misteri
Paska, kita belajar berdoa pada waktu-waktu tertentu. Tetapi Roh-Nya
dikaruniakan kepada kita setiap saat, dalam peristiwa-peristiwa setiap hari,
sebagai sumber doa. Ajaran Yesus mengenai doa kepada Bapa kita dan mengenai
penyelenggaraan Bdk. Mat 6:11.34. mengikuti garis pemikiran yang sama: Waktu
terletak dalam tangan Bapa; kita menjumpai Dia hari ini, bukan kemarin atau
esok, melainkan: “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!
Janganlah keraskan hatimu” (Mzm 95:7- 8).                                                                                   
2660  Satu dari rahasia-rahasia Kerajaan Allah yang dinyatakan kepada
“orang-orang kecil”, pelayan-pelayan Kristus, orang-orang miskin
menurut sabda bahagia, ialah berdoa dalam peristiwa-peristiwa setiap hari dan
setiap saat. Adalah baik dan layak berdoa agar Kerajaan kebenaran dan
perdamaian mempengaruhi perjalanan sejarah; juga penting, meresapi
situasi-situasi biasa dan sehari-hari dengan bantuan doa. Semua bentuk doa
dapat menjadi ragi, yang dengannya Tuhan membanding-bandingkan Kerajaan Allah
Bdk. Luk 13:20-21..  
TEKS-TEKS SINGKAT
2661  Melalui satu proses hidup, tradisi, Roh Kudus
mengajar anak-anak Allah berdoa di dalam Gereja.   
2662  Sabda Allah, liturgi Gereja,
kebajikan-kebajikan iman, harapan, dan cinta kasih adalah sumber-sumber doa.       

ARTIKEL 5 – JALAN DOA

2663  Dalam tradisi doa yang hidup, tiap Gereja mempersembahkan kepada
umat berimannya, sesuai dengan wawasan sejarah, masyarakat, dan kultur, satu
bahasa doa: kata-kata, madah, sikap doa, dan lukisan. Magisterium GerejaBdk. DV
10. bertugas mencermati kesetiaan cara-cara doa ini pada iman apostolik asli;
para pastor dan katekis harus menjelaskan artinya, yang selalu berhubungan
dengan Yesus Kristus.      1201
Doa kepada Bapa
2664  Tidak ada jalan bagi doa Kristen selain Kristus. Doa kita hanya
mendapat kesempatan masuk menuju Bapa, apabila kita berdoa “dalam nama
Yesus”, bersama-sama atau sendiri, secara lisan atau dalam batin.
Kemanusiaan Yesus yang kudus adalah jalan dan melalui jalan itu Roh Kudus
mengajar kita berdoa kepada Allah, Bapa kita.       
Doa kepada Yesus
2665  Doa Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan perayaan liturgi,
mengajarkan kita berdoa kepada Yesus, Tuhan kita. Meskipun doa itu terutama
tertuju kepada Bapa, namun tercakup pula di dalam tradisi liturgi bentuk-bentuk
doa yang menyapa Kristus. Banyak mazmur yang dipergunakan dalam doa Gereja dan
Perjanjian Baru meletakkan seruan-seruan doa kepada Kristus ini di atas bibir
kita dan menanamkannya dalam hati kita:
Putera Allah Putera Perawan
Sabda Allah Gembala yang baik
Tuhan kami Kehidupan Kami
Penyelamat kami
Terang kami
Anak domba Allah Harapan kami
Raja kami Kebangkitan kami
Engkau, Putera tercinta Sahabat
manusia …                                                     
2666  Tetapi nama yang mencakup segala-galanya adalah nama yang Putera
Allah terima pada penjelmaan-Nya menjadi manusia, yaitu Yesus. Nama Allah tidak
dapat diucapkan oleh lidah manusia Bdk. Kel 3:14; 33:19-23., tetapi Sabda Allah
menyatakannya kepada kita dalam penjelmaan menjadi manusia; sekarang kita dapat
berseru kepada-Nya: “Yesus”. “YHWH membebaskan” Bdk. Mat
1:21.. Nama Yesus mencakup segala-galanya: Allah dan manusia dan seluruh tata
ciptaan dan penebusan. Mengucapkan “Yesus” berarti berseru
kepada-Nya, memanggil Dia masuk ke dalam kita. Hanya nama Yesus mengandung
kehadiran Allah yang dinyatakannya. Yesus telah bangkit, dan siapa pun yang
menyerukan nama-Nya, menerima Putera Allah yang mencintainya dan yang
menyerahkan Diri untuk dia Bdk. Rm 10:13; Kis 2:21; 3:15-16; Gal 2:20..                                   
2667  Seruan sangat sederhana yang keluar dari iman, dikembangkan dalam
tradisi doa di Timur dan Barat dalam berbagai bentuk. Rumusan yang paling
sering, yang dilanjutkan oleh bapa-bapa rohani di atas gunung Sinai, di Siria,
dan di atas gunung Athos adalah seruan: “Yesus Kristus, Putera Allah,
Tuhan, kasihanilah kami orang berdosa!” Ia menggabungkan himne
kristosentris dari surat kepada umat di Filipi Bdk. Flp 2:6-11. dengan
permohonan pemungut cukai dan orang-orang buta Bdk. Mrk 10:46-52; Luk 18:13..
Olehnya hati diarahkan kepada kesusahan manusia dan kepada kerahiman
Penyelamatnya.                                                                  
2668  Menyerukan nama Yesus adalah jalan yang paling gampang untuk berdoa
secara tetap. Kalau sering diulangi dengan rendah hati dan penuh perhatian, doa
ini tidak tenggelam dalam “banyak kata-kata” (Mat 6:7), tetapi
menyimpan Sabda itu dan dalam ketekunan menghasilkan buah Bdk. Luk 8:15.. Doa
ini mungkin “setiap waktu”, karena berdoa bukanlah satu kegiatan di
samping yang lain, melainkan suatu kegiatan yang unik untuk mencintai Allah
yang menjiwai dan menyinari segala perbuatan dalam Kristus Yesus.     
2669  Doa Gereja menghormati dan memuja Hati Yesus, sama seperti ia
menyerukan nama-Nya yang kudus. Gereja menyembah Sabda yang sudah menjadi
manusia dan hati-Nya, yang karena cinta kasih-Nya kepada manusia, membiarkan
diri ditembus oleh dosa-dosa kita. Doa Kristen mengikuti Penebus dengan rela
dalam jalan salib. Perhentian-perhentian, mulai dari balai pengadilan sampai ke
Golgota dan sampai ke makam, melukiskan jalan Yesus yang telah menebus dunia
dengan salib-Nya yang kudus.                       
“Datanglah, Roh Kudus”
2670  “Tidak ada seorang pun dapat mengakui ‘Yesus adalah Tuhan’
selain oleh Roh Kudus” (1 Kor 12:3). Setiap kali kita mulai berdoa kepada
Yesus, Roh Kudus menarik kita ke jalan doa, dengan perantaraan rahmat-Nya yang
mendahului kita. Ia mengajar kita berdoa dengan mengingatkan kita akan Yesus;
bagaimana mungkin kita tidak berdoa juga kepada-Nya sendiri? Karena itu Gereja
mengundang kita berdoa setiap hari memohon Roh Kudus, terutama pada awal dan
pada akhir setiap perbuatan yang penting:
“Kalau Roh tidak boleh
disembah, bagaimana Ia dapat mengilahikan saya melalui Pembaptisan? Dan kalau
Ia harus disembah, bukankah Ia harus merupakan tujuan penghormatan
khusus?” (Gregorius dari Nasiansa, or. theol. 5,28).        638, 2001, 1310
2671  Bentuk permohonan biasa untuk mendapatkan Roh Kudus ialah seruan
kepada Bapa melalui Kristus, Tuhan kita, supaya memberikan kita Roh Penghibur
Bdk. Luk 11:13.. Ketika Yesus menjanjikan Roh kebenaran Bdk. Yoh 14:17; 15:26;
16:13., Ia menekankan perlunya kita memohon Roh Kudus dalam nama-Nya. Yang
biasa juga ialah doa yang paling gampang dan langsung: “Datanglah, Roh
Kudus!” Tiap tradisi liturgi mengembangkannya dalam antifon dan himnenya:
“Datanglah, Roh Kudus,
penuhilah hati umat beriman dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati
mereka!” Bdk. Bait Pengantar Injil Pentekosta..
“Raja surgawi, Roh
Penghibur, Roh Kebenaran, yang hadir di mana-mana dan memenuhi segala-galanya,
harta segala kebaikan dan sumber kehidupan, datanglah, tinggallah di dalam
kami, bersihkanlah dan selamatkaniah kami, Engkau yang baik” (Liturgi Bisantin,
Troparion Vesper Pentekosta).
2672  Roh Kudus, yang urapan-Nya memenuhi seluruh diri kita, adalah guru
doa Kristen di dalam batin kita. Ialah sumber tradisi doa yang hidup. Banyaknya
cara berdoa dapat ditemukan sebanyak manusia yang berdoa, namun Roh yang sama
bekerja di dalam semua mereka dan dengan semua mereka. Di dalam persekutuan Ron
Kudus, doa Kristen adalah doa di dalam Gereja.
Dalam Persekutuan dengan Bunda Allah yang Kudus.
2673  Di dalam doa, Roh Kudus mempersatukan kita dengan pribadi Putera
yang tunggal dalam kodrat manusia-Nya yang dimuliakan. Melalui Dia dan di dalam
Dia doa kita, sebagai putera-puteri Allah di dalam Gereja, disatukan dengan
Bunda Yesus .                                                                                      689
2674  Sejak persetujuan yang ia berikan dengan penuh iman pada saat
pewartaan dan yang ia pegang teguh di bawah salib, keibuan Maria menyangkut
juga saudara dan saudari Puteranya, “yang kini masih mengembara di bumi
dan masih diliputi oleh bahaya dan kesukaran” (LG 62). Yesus, Perantara
satu-satunya, adalah jalan doa kita; Maria, ibu-Nya dan ibu kita, tidak
menghalang-halangi kita. Sebaliknya sesuai dengan lukisan yang biasa di Timur
dan Barat, ia adalah “penunjuk jalan” [Hodegetria] dan
“rambu” Kristus.                           494
2675  Bertitik tolak dari turut serta Maria yang unik dalam karya Roh
Kudus, Gereja-gereja telah mengembangkan doa kepada Bunda Allah yang kudus.
Mereka mengarahkan doa ini seluruhnya kepada Kristus, sebagaimana Ia menyatakan
diri dalam misteri-misteri-Nya. Dalam himne dan antifon yang tidak terhitung
jumlahnya, yang menyatakan doa ini, biasanya dua gerakan berganti-ganti: yang
satu memuja Tuhan untuk “hal-hal besar” yang Ia lakukan kepada
abdi-Nya yang rendah hati, dan melalui dia untuk semua manusia Bdk. Luk 1:46-55.;
yang lain mempercayakan kepada Bunda Yesus, segala permohonan dan pujian
anak-anak Allah, karena ia mengetahui kodrat manusia, yang dengannya Putera
Allah telah bersatu di dalam dia.                   
2676  Gerakan ganda dari doa kepada Maria, terungkap secara bagus di
dalam “Salam Maria”:
Salam Maria. Secara harfiah:
“Bergembiralah, Maria”. Salam malaikat Gabriel membuka doa Ave. Allah
sendiri memberi salam kepada Maria melalui malaikat-Nya. Doa kita berani
mengambil alih salam kepada Maria, dengan memandang hamba yang hina, seakan-akan
dengan mata Allah Bdk. Luk 1:48. dan mengambil bagian dalam kegembiraan, yang
Allah alami karena Maria Bdk. Zef 3:17b..
Penuh rahmat, Tuhan sertamu.
Kedua bagian dari salam malaikat saling menjelaskan. Maria penuh rahmat, karena
Tuhan ada sertanya. Rahmat yang memenuhi dia seluruhnya adalah kehadiran Dia
yang merupakan sumber segala rahmat. “Bersukacitalah dan beria-rialah
dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!… Tuhan Allahmu ada di
antaramu” (Zef 3:14.17a). Maria, yang didalamnya Tuhan sendiri tinggal,
adalah puteri Sion secara pribadi, Tabut Perjanjian dan tempat di mana
kemuliaan Tuhan bertakhta. Ia adalah “kemah Allah di tengah-tengah
manusia” (Why 21:3). “Penuh rahmat”, Maria menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Dia yang mengambil tempat tinggal di dalamnya dan hendak ia
berikan kepada dunia.
Terpujilah engkau di antara
wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Sesudah salam malaikat kita
menggunakan sapaan Elisabet. “Dipenuhi oleh Roh Kudus” (Luk 1:41)
Elisabet adalah orang pertama dari sederetan panjang angkatan-angkatan yang
menyebut Maria bahagia Bdk. Luk 1:48.: “Berbahagialah ia yang telah
percaya” (Luk 1:45). Maria “diberkati di antara semua perempuan”
(1:42), karena ia telah percaya bahwa Sabda Allah akan dipenuhi. Atas dasar
iman, “semua bangsa [telah) mendapat berkat” melalui Abraham (Kej
12:2-3). Atas dasar iman, Maria telah menjadi Bunda kaum beriman. Karena jasa
Maria, semua bangsa di dunia dapat menerima Dia, yang adalah berkat Allah
sendiri: “Yesus, buah tubuhmu yang terpuji”.                                         
2677  Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami… Bersama Elisabet kita
merasa heran, “Siapakah aku ini, sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi
aku?” (Luk 1:43). Karena Maria hendak memberi kita Puteranya Yesus, maka
ia yang adalah Bunda Allah, juga menjadi Bunda kita. Kita dapat menyampaikan
kepadanya segala kesusahan dan permohonan kita. Ia berdoa bagi kita,
sebagaimana ia berdoa untuk dirinya sendiri: “Jadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (Luk 1:38). Kalau kita mempercayakan diri kepada doanya,
kita menyerahkan diri bersama dia kepada kehendak Allah: “Jadilah
kehendak-Mu”.
Doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan pada waktu kami mati. Kalau kita memohon kepada Maria supaya
mendoakan kita, kita mengakui diri sebagai orang berdosa dan berpaling kepada
“Bunda kerahiman”, yang kudus seutuhnya. Kita mempercayakan diri
kepadanya “sekarang”, dalam kehidupan kita hari ini. Dan kepercayaan
kita itu meluas lagi, sehingga kita sekarang ini sudah mempercayakan
“waktu kematian kita” kepadanya. Semoga ia sungguh hadir, seperti
pada waktu kematian Puteranya di salib, dan semoga ia menerima kita pada waktu
kematian kita sebagai ibu Bdk. Yoh 19:27., agar mengiringi kita menuju
Puteranya Yesus, masuk ke dalam Firdaus.        
2678  Dalam kesalehan Barat selama Abad Pertengahan muncullah Doa Rosario
sebagai pengganti populer untuk ibadat harian. Di dunia Timur, Litani
Akathistos dan Paraklisis lebih mirip dengan ibadat harian dalam Gereja-gereja
Bisantin, sementara tradisi Armenia, Koptik, dan Siria lebih mengutamakan himne
dan lagu-lagu rakyat, untuk menghormati Bunda Allah. Tetapi tradisi doa pads
hakikatnya tetap sama dalam Salam Maria, dalam theotokia, dalam himne santo
Efraim, dan santo Gregorius dari Narek.                             
2679  Maria adalah pendoa sempurna dan citra Gereja. Kalau kita berdoa
kepadanya, kita menyetujui bersama dia keputusan Bapa, yang mengutus Putera-Nya
untuk menyelamatkan semua manusia. Sebagaimana murid yang dicintai Yesus, kita
juga menerima Bunda Yesus yang telah menjadi Bunda semua orang hidup, ke dalam
rumah kita Bdk. Yoh 19:27.. Kita dapat berdoa dan memohon bersama dia. Doa
Gereja seakan-akan didukung oleh doa Maria; ia disatukan dengan Maria dalam
harapan Bdk. LG 68-69..                              
TEKS-TEKS SINGKAT
2680  Doa terutama ditujukan kepada Bapa dan juga
kepada Yesus, teristimewa dengan menyerukan nama-Nya yang kudus: “Yesus,
Kristus, Putera Allah, Tuhan, kasihanilah kami orang berdosa “.   
2681  “Tidak ada seorang pun dapat berkata:
Yesus adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus ” (1 Kor 12:3). Gereja
mengundang kita untuk berseru kepada Roh Kudus, sebagai guru doa Kristen dalam
batin kita.  
2682  Berdasarkan turut serta yang unik dari Perawan
Maria dalam karya Roh Kudus, Gereja suka berdoa dalam persatuan dengannya,
supaya bersama dia memuji hal-hal besar yang telah dikerjakan Allah baginya,
dan untuk mempercayakan kepada Maria permohonan dan pujian.                                  

ARTIKEL 6 – PEMBIMBING DOA

“Himpunan Para Saksi”
2683  Saksi-saksi yang sudah mendahului kita masuk Kerajaan Allah Bdk.
Ibr 12:2., terutama para “kudus” yang sudah diakui Gereja, turut
serta dalam tradisi doa yang hidup dengan perantaraan contoh hidupnya, dengan
menyumbangkan tulisan-tulisannya dan dengan doanya sekarang ini. Mereka
memandang Allah, memuja Dia dan tanpa henti-hentinya memperhatikan mereka yang
ditinggalkannya di dunia ini. Pada waktu masuk “ke dalam kegembiraan
Tuhannya” kepada mereka “diberikan… tanggung jawab dalam perkara yang
besar” Bdk. Mat 25:21. . Doa syafaatnya adalah pelayanan yang tertinggi
bagi rencana Allah. Kita dapat dan harus memohon mereka, supaya membela kita
dan seluruh dunia
2684  Dalam persekutuan para kudus telah pula berkembang pelbagai
spiritualitas [sikap hidup rohani] dalam peredaran sejarah Gereja-gereja.
Karisma pribadi dari seorang saksi cinta kasih Allah kepada manusia dapat
dialihkan, seperti “roh” Elia kepada Elisa3 dan kepada Yohanes
Pembaptis Bdk. Luk 1:17., supaya murid-murid dapat mengambil bagian dalam roh
ini Bdk. PC 2.. Satu spiritualitas bertumbuh dari berbagai aliran liturgi dan
teologi. Ia memberi kesaksian mengenai berakarnya iman di dalam suatu konteks
manusia dan sejarah tertentu. Berbagai spiritualitas Kristen mengambil bagian
dalam tradisi doa yang hidup. Mereka adalah pembimbing-pembimbing yang mutlak
perlu untuk kaum beriman. Keragaman kekayaan sikap hidup rohani memancarkan
terang Roh Kudus yang jemih dan satu-satunya.
“Roh adalah benar-benar
tempat para kudus, dan seorang kudus adalah tempat yang cocok untuk Roh, karena
ia membiarkan Allah tinggal dalam dirinya dan ia disebut kenisah Roh
Kudus” (Basilius, Spir. 26,62).           
Pelayan Doa
2685  Keluarga Kristen adalah tempat pendidikan doa yang pertama. Atas
dasar Sakramen Perkawinan, keluarga adalah “Gereja rumah tangga”, di
mana anak-anak Allah berdoa “sebagai Gereja” dan belajar bertekun
dalam doa. Teristimewa untuk anak-anak kecil, doa sehari-hari dalam keluarga
adalah kesaksian pertama untuk ingatan Gereja yang hidup, yang dibangkitkan dengan
penuh kesabaran oleh Roh Kudus.         1657
2686  Juga pejabat-pejabat yang tertahbis bertanggung jawab atas
pembinaan bagi saudara-saudarinya di dalam Kristus. Sebagai pelayan Gembala
yang baik, mereka ditahbiskan untuk membawa Umat Allah kepada sumber-sumber doa
yang hidup: kepada Sabda Allah, liturgi, kehidupan ilahi, dan kepada pengertian
akan kehadiran Allah dalam kenyataan-kenyataan kehidupan Bdk. PO 4-6..                                       2687     Banyak orang biara menahbiskan seluruh
hidupnya kepada doa. Sejak zaman bapa-bapa rahib di padang gurun Mesir;
orang-orang pertapa, biarawan dan biarawati mempersembahkan kehidupannya untuk
pujaan kepada Allah dan syafaat bagi umat-Nya. Tanpa doa, kehidupan yang
dibaktikan kepada Allah itu tidak akan bertahan dan tidak akan tersebar; doa
adalah salah satu sumber yang hidup bagi renungan dan kehidupan rohani di dalam
Gereja.         
2688  Katekese untuk anak-anak, orang muda, dan dewasa bertujuan agar
Sabda Allah direnungkan dalam doa pribadi, dihadirkan dalam doa liturgi dan
diterima di dalam hati, supaya dapat menghasilkan buah dalam suatu kehidupan
yang baru. Katekese juga dapat dipergunakan untuk menilai dan memajukan
kesalehan rakyat Bdk. CT 54.. Menghafalkan doa-doa utama memberikan satu
sokongan yang mutlak perlu kepada kehidupan doa; tetapi yang penting ialah belajar
mengalami arti doa-doa ini Bdk. CT 55..                          
2689  Kelompok doa, ya “sekolah doa” dewasa ini adalah suatu
tanda dan salah satu kekuatan demi pembaharuan doa di dalam Gereja, sejauh
menimba dari sumber-sumber doa Kristen yang benar. Mengusahakan persekutuan adalah
satu tanda untuk doa yang sungguh gerejani.
2690  Roh Kudus memberikan kepada warga beriman tertentu
anugerah-anugerah kebijaksanaan, iman, dan pembedaan roh-roh demi bimbingan
rohani, artinya satu kegiatan demi doa sebagai milik bersama. Pria dan wanita
yang memiliki anugerah-anugerah yang demikian itu, memberikan sumbangan
berharga bagi tradisi doa yang hidup.
Karena itu, jiwa yang merindukan
kesempurnaan harus menurut nasihat santo Yohanes dari Salib “memperhatikan
dengan baik kepada siapa ia mempercayakan diri; karena sebagaimana guru,
demikianlah murid, dan sebagaimana bapa, demikianlah anak”. Pembimbing
rohani “harus arif dan bijaksana, tetapi harus juga memiliki pengalaman
dalam kehidupan rohani… Jika pembimbing rohani tidak mempunyai pengalaman
akan kehidupan rohani, ia tidak dapat menangani bimbingan rohani bagi satu jiwa
yang menerima dari Allah rahmat-rahmat khusus, dan ia tidak mempunyai
pengertian untuk itu” (llama, Bait 3).
2691  Gereja, rumah Allah, adalah tempat doa liturgi yang sebenarnya
untuk umat paroki. Ia juga merupakan tempat utama untuk menyembah Kristus yang
hadir secara real di dalam Sakramen mahakudus. Memilih suatu tempat yang cocok,
dapat mempengaruhi ketulusan doa.
Untuk doa pribadi, tempatnya bisa
saja satu “sudut doa” dengan Kitab Suci dan ikon, supaya di sana,
dalam “tempat yang tersembunyi” Bdk. Mat 6:6., berada di hadirat Bapa
kita. Di dalam satu keluarga Kristen, tempat doa yang demikian itu memudahkan
doa bersama.
Persekutuan biara terpanggil
untuk memajukan keikutsertaan orang beriman pada ibadat harian dan untuk
menyediakan kesunyian yang perlu untuk doa pribadi yang lebih mendalam Bdk. PC
7..
Ziarah-ziarah mengingatkan bahwa
kita di dunia ini sedang berada dalam perjalanan menuju surga. Sejak dahulu
kala ziarah itu sangat tepat untuk pembaharuan doa. Tempat-tempat kudus bagi
para penziarah adalah tempat yang sangat cocok untuk mencari sumber-sumber
hidup, untuk menghidupkan bentuk-bentuk doa Kristen “sebagai Gereja”.     
TEKS-TEKS SINGKAT
2692  Gereja penziarah bersatu dalam doanya dengan
doa para kudus, yang doa syafaatnya Gereja minta.
2693  Berbagai spiritualitas Kristen adalah bagian
dari tradisi Gereja yang hidup dan merupakan pembimbing kehidupan rohani.
2694  Keluarga Kristen adalah tempat pendidikan doa yang
pertama.             
2695  Pejabat-pejabat yang ditahbiskan, hidup bakti
kepada Allah, katekese, kelompok doa, dan “bimbingan rohani “di dalam
Gereja memberi bantuan untuk mereka yang berdoa.                       
2696  Tempat-tempat doa yang sangat baik adalah
tempat-tempat doa untuk perorangan atau keluarga, biara, dan tempat ziarah,
tetapi untuk umat paroki, gereja adalah tempat utama doa liturgi yang
sebenarnya dan tempat yang cocok untuk penyembahan Ekaristi.

 

BAB III :
KEHIDUPAN DOA

2697  Doa adalah kehidupan hati yang baru. Ia harus tetap menjiwai kita.
Tetapi kita cenderung melupakan Dia, yang adalah kehidupan dan keseluruhan
kita. Karena itu bapa-bapa rohani – dalam kaitan dengan buku Ulangan dan para
nabi – menuntut doa sebagai “satu peringatan akan Allah”, satu
pembangkitan kembali “ingatan hati”. “Kita harus lebih sering
mengenangkan Allah, daripada bernapas” (Gregorius dari Nasianse, or.
theol. 1,4). Tetapi kita tidak dapat berdoa “setiap saat”, kalau kita
tidak berdoa dengan sadar pada waktu tertentu. Saat-saat ini merupakan puncak
doa Kristen, karena kedalamannya dan lamanya.                                  
2698  Tradisi Gereja menawarkan kepada umat beriman doa yang berulang
secara berkala untuk menumbuhkan doa yang tetap. Beberapa darinya adalah
doa-doa harian, seperti doa pagi dan doa malam, doa sebelum dan sesudah makan,
dan ibadat harian. Hari Minggu yang berpusat pada Ekaristi secara khusus
dikuduskan oleh doa. Tahun Gereja dengan pesta-pestanya yang besar adalah
patokan waktu dalam kehidupan doa orang-orang Kristen.
2699  Tuhan membimbing semua manusia pada jalan dan dengan cara yang
berkenan kepada-Nya. Setiap warga beriman menjawabnya dengan keputusan hatinya
dan dengan bentuk ungkapan doa pribadinya. Tetapi tradisi Kristen
mempertahankan tiga bentuk pokok ungkapan kehidupan doa: doa lisan, doa renung,
dan doa batin. Ketiganya mempunyai ciri khas yang sama ialah ketenangan hati.
Kewaspadaan yang memelihara Sabda Allah dan membuat kita hidup di hadirat
Allah, menjadikan ketiga bentuk ungkapan itu puncak-puncak kehidupan doa.

ARTIKEL 7 – BENTUK-BENTUK DOA

I. * Doa Lisan
2700  Allah berbicara kepada manusia melalui Sabda-Nya. Doa kita berbentuk kata-kata, baik yang dipikirkan maupun yang diucapkan. Tetapi yang terpenting ialah bahwa hati selalu hadir di depan Dia, kepada Siapa kita berbicara dalam doa. “Apakah doa kita dikabulkan, tidak bergantung pada banyaknya kata-kata, tetapi pada kesungguhan jiwa kita” (Yohanes Krisostomus, ecl. 2).      1176
2701  Doa lisan merupakan unsur hakiki dalam kehidupan Kristen. Kristus mengajar murid-murid-Nya yang merasa tertarik pada doa batin dari Gurunya, satu doa lisan: Bapa Kami. Yesus tidak hanya mendoakan doa-doa liturgi dalam sinagoga, tetapi – seperti yang ditunjukkan Injil kepada kita – Ia sendiri mengangkat suara, mengucapkan doa pribadi-Nya. Doa-doa-Nya terbentang dari memuji Bapa dengan penuh gembira (Bdk. Mat 11:25-26) sampai kepada permohonan dalam sakratul maut di taman Getsemani (Bdk. Mrk 14:36).           2603, 612
2702  Kebutuhan untuk mengikutsertakan pancaindera lahiriah dalam doa batin sejalan dengan tuntutan kodrat manusiawi kita. Kita adalah tubuh dan roh, dan merasakan kebutuhan untuk menyatakan perasaan kita. Kita harus berdoa dengan seluruh diri kita, supaya sebanyak mungkin memberikan kekuatan kepada permohonan kita. 1146
2703  Kebutuhan ini sesuai dengan tuntutan ilahi. Allah mencari penyembah dalam roh dan dalam kebenaran, yakni doa hidup yang keluar dari kedalaman jiwa. Tetapi Allah juga menghendaki ungkapan lahiriah yang menyatukan badan dengan doa batin, karena doa ini memberi kepada Allah, penghormatan sempurna yang merupakan hak-Nya.        2097
2704  Karena doa lisan diarahkan ke luar, dan karenanya sangat manusiawi, maka pada tempat pertama, doa ini adalah doa rakyat. Tetapi juga doa batin tidak boleh mengabaikan doa lisan. Doa ini menjadi batin, sejauh kita menjadi sadar, “dengan Siapa kita berbicara” (Teresia dari Yesus, cam. 26). Dengan demikian doa lisan menjadi cara pertama dari doa batin.
II. Doa Renung
2705  Doa renung, meditasi, pada dasamya adalah satu pencarian. Roh
mencari agar mengerti alasan dan cara kehidupan Kristen, agar dapat menyetujui
dan menjawab apa yang dikehendaki Tuhan. Untuk itu, ia membutuhkan perhatian
yang sangat sulit dipertahankan. Biasanya kita mencari bantuan pada sebuah
buku. Tradisi Kristen memberi satu pilihan yang sangat luas: Kitab Suci,
terutama Injil, ikon, teks-teks liturgis untuk hari bersangkutan,
tulisan-tulisan dari bapa-bapa rohani, kepustakaan rohani, buku besar yakni
ciptaan dan sejarah, terutama halaman yang dibuka pada “hari ini”.                                                                            
2706  Merenungkan apa yang sudah kita baca, berarti kita bertemu
dengannya dan menjadikannya milik kita. Dengan cara demikian buku kehidupan
kita dibuka: inilah peralihan dari pikiran kepada kenyataan. Sesuai dengan
kerendahan hati dan iman, kita menemukan dan menilai di dalam meditasi
gerakan-gerakan hati. Kita harus melakukan kebenaran, supaya datang kepada
terang. “Tuhan, apakah yang Engkau kehendaki? Apakah yang harus aku
lakukan?”
2707  Metode-metode meditasi sangat beragam seperti halnya guru-guru
rohani. Seorang Kristen harus bermeditasi secara teratur. Kalau tidak, ia akan
menyerupai jalan atau tanah yang berbatu-batu atau yang penuh dengan duri-duri,
sebagaimana dikatakan dalam perumpamaan penabur . Tetapi satu metode hanyalah
merupakan satu penuntun; yang terpenting ialah maju bersama Roh Kudus menuju
Yesus Kristus, jalan doa satu-satunya.    
2708  Meditasi memakai pikiran, daya khayal, gerak perasaan dan
kerinduan. Usaha ini penting untuk memperdalam kebenaran iman, untuk
menggerakkan pertobatan hati dan memperkuat kehendak guna mengikuti Kristus.
Doa Kristen terutama berusaha untuk bermeditasi tentang “misteri
Kristus”, sebagaimana terjadi waktu pembacaan Kitab Suci, “lectio
divina”, dan pada doa rosario. Bentuk renungan doa ini mempunyai nilai
yang besar; tetapi doa Kristen harus mengejar lebih lagi: perkenalan Yesus
Kristus penuh cinta dan persatuan dengan Dia.         
III. * Doa Batin
2709  Apakah doa batin? Santa Teresia dari Yesus menjawab: “Menurut
saya, doa batin itu tidak lain dari satu pergaulan yang sangat ramah, di mana
kita sering kali berbicara seorang diri dengan Dia, tentang Siapa, kita tahu
bahwa Ia mencintai kita” (vida 8,5).
Doa batin mencari Dia, “yang
jiwaku cintai” (Kid 1:7) Bdk. Kid 3:1-4.: Yesus, dan di dalam Dia, Bapa.
Kita mencari Dia, karena kerinduan kepada-Nya adalah awal cinta kasih
kepada-Nya. Kita mencari Dia dalam iman yang murni, dalam iman yang membuat
kita dilahirkan dari Dia dan hidup di dalam Dia. Kita juga masih dapat
bermeditasi dalam doa batin, tetapi pandangan sudah diarahkan kepada Tuhan.                             
2710  Waktu dan lamanya doa batin bergantung pada kehendak yang tegas,
dalamnya terungkap rahasia-rahasia hati. Bukan kita berdoa kalau kita mempunyai
waktu, melainkan kita meluangkan waktu, supaya hadir di hadirat Tuhan. Kita
melakukannya dengan tekad bulat pantang menyerah, juga apabila kita menghadapi
cobaan-cobaan dan kekeringan. Kita tidak selalu dapat bermeditasi. Namun selalu
ada kemungkinan untuk masuk ke dalam doa batin, terlepas dari keadaan kesehatan,
situasi kerja, dan keadaan perasaan. Hati adalah tempat pencarian dan pertemuan
dalam kemiskinan dan iman.                                                                           
2711  Langkah masuk ke dalam doa batin dapat dibandingkan dengan
pembukaan perayaan Ekaristi: di bawah dorongan Roh Kudus, kita
“mengarahkan” hati dan seluruh diri kita, hidup dengan sadar dalam
kediaman Tuhan, yang adalah kita sendiri, dan menghidupkan iman untuk masuk ke
hadirat Dia yang menantikan kita. Kita membuka topeng kita dan mengarahkan
kembali hati kepada Tuhan yang mencintai kita, untuk menyerahkan diri
kepada-Nya sebagai persembahan yang harus dimurnikan dan ditransformasi.                     
2712  Doa batin adalah doa seorang anak Allah, doa seorang pendosa yang
sudah diampuni dan yang menghendaki agar menerima cinta kasih, dengannya ia
dicintai dan membalasnya dengan cinta kasih yang lebih besar lagi Bdk. Luk
7:36-50; 19:1-10.. Tetapi ia mengetahui bahwa cinta kasih balasannya itu
berasal dari Roh Kudus, yang mencurahkannya ke dalam hatinya. Karena
segala-galanya adalah rahmat Allah. Doa batin adalah penyerahan yang rendah
hati dan miskin kepada Bapa penuh cinta, dalam persatuan yang semakin dalam
dengan Putera kekasih-Nya.       
2713  Dengan demikian doa batin adalah ungkapan misteri doa yang paling
sederhana. Ini adalah satu anugerah dan rahmat, yang hanya dapat diterima dalam
kerendahan hati dan kemiskinan. Doa batin adalah hubungan perjanjian, yang
Allah letakkan dalam dasar hakikat kita Bdk. Yer 31:33.. Suatu persekutuan, di
mana Tritunggal Mahakudus membentuk manusia, citra Allah, menjadi “serupa”
dengan diri-Nya.               
2714  Doa batin adalah puncak doa. Di dalamnya Allah melengkapi kita
dengan kekuatan melalui Roh-Nya, supaya “manusia batin” diperkuat di
dalam kita, dan Kristus tinggal di dalam hati kita oleh iman, dan kita
“berakar serta berdasar di dalam kasih” (Ef 3:16-17).
2715  Kontemplasi ialah memandang Yesus dengan penuh iman. “Aku
memandang Dia dan Dia memandang aku”, demikian kata-kata seorang petani
dari Ars, yang berdoa di depan tabernakel kepada pastomya yang saleh. Pandangan
penuh perhatian kepada Yesus ini adalah penyangkalan “aku”, karena
pandangan Yesus membersihkan hati. Cahaya wajah-Nya menyinari mata hati kita
dan membiarkan kita melihat segala-galanya dalam sinar kebenaran dan belas
kasihan-Nya terhadap semua orang. Kontemplasi memandang misteri kehidupan
Kristus dan dengan demikian memperoleh “pengertian batin mengenai
Tuhan”, untuk mencintai-Nya lebih sungguh dan mengikuti-Nya dengan lebih
baik lagi Bdk. Ignasius, ex. spir. 104..                                         
2716  Doa batin ialah mendengarkan Sabda Allah. Mendengarkan ini bukanlah
pasif, melainkan suatu ketaatan iman, dalamnya hamba menerima tugas tanpa
syarat dan anak setuju dengan penuh cinta. Ia mengambil bagian dalam
“Ya” Putera yang telah menjadi hamba, dan dalam “Fiat”
hamba Tuhan yang rendah hati.      
2717  Doa batin ialah berdiam diri. Ialah “lambang dunia yang akan
datang” (Ishak dari Ninive, tract. myst.66) dan “cinta kasih yang
tidak banyak kata” (Yohanes dari Salib). Dalam doa batin tidak dibutuhkan
kata-kata yang panjang lebar; kata-kata adalah seumpama ranting-ranting kering
yang dimakan api cinta kasih. Dalam suasana diam yang tidak dapat ditahan
manusia “lahiriah”, Bapa menyampaikan kepada kita Sabda-Nya yang
menjadi manusia, yang menderita untuk kita, yang mati dan bangkit lagi; Roh
keputeraan memungkinkan kita mengambil bagian dalam doa Yesus.       
2718  Doa batin adalah persatuan dengan doa Yesus, sejauh doa itu membuat
kita mengambil bagian dalam misteri Kristus. Misteri Kristus dirayakan oleh
Gereja di dalam Ekaristi, dan Roh Kudus membuatnya menjadi hidup lagi dalam doa
batin, sehingga ia dapat menyata dalam amal cinta.                         
2719  Doa batin ialah persekutuan cinta kasih. Ia memiliki kehidupan
dalam dirinya untuk banyak orang, kalau ia menyetujui, untuk bertekun dalam
malam iman. Malam kebangkitan dipersiapkan oleh malam sakratul maut dan malam
makam. Ketiga malam itu menentukan “saat” Yesus. Roh Yesus, dan bukan
“daging yang lemah”, mendorong untuk melewati saat itu dalam doa
batin. Kita harus berjaga selama “satu jam” bersama Dia Bdk. Mat
26:40..       
TEKS-TEKS SINGKAT
2720  Gereja mengundang umat beriman untuk berdoa secara teratur: dalam doa-doa harian, ibadat harian, Ekaristi mingguan, dan pada pesta-pesta dalam tahun Gereja.
2721  Tradisi Kristen mengenal tiga cara utama ungkapan kehidupan doa: doa lisan, doa renung, dan doa batin. Ketiganya menuntut ketenangan hati.
2722  Doa lisan, yang berdasarkan kesatuan badan dan jiwa dalam kodrat manusia, menghubungkan badan dengan doa hati menurut contoh Yesus, yang berdoa kepada Bapa-Nya, dan yang mengajar murid-murid-Nya doa Bapa Kami.
2723  Doa renung, meditasi adalah mencari dalam doa. Doa ini mencakup juga pikiran, daya khayal, gerak hati, dan kerinduan. Ia hendak menghubungkan pandangan penuh iman dari orang bermeditasi dengan kenyataan kehidupan kita.
2724  Doa batin adalah ungkapan sederhana tentang misteri doa. Ia memandang Yesus dengan penuh iman, mendengarkan sabda Allah, dan mencintai tanpa banyak kata. Ia mempersatukan kita dengan doa Kristus, sejauh ia mengikutsertakan kita dalam misteri-Nya.                                                   

ARTIKEL 8 – PERJUANGAN DOA

2725  Doa adalah anugerah rahmat dan satu jawaban tegas dari pihak kita.
Ia selalu menuntut satu usaha. Pendoa-pendoa dari Perjanjian Lama sebelum
Kristus, demikian juga Bunda Allah dan para kudus serta Yesus sendiri
mengajarkan kita bahwa berdoa berarti berjuang. Melawan siapa? Melawan kita
sendiri dan melawan tipu muslihat penggoda yang melakukan segala-galanya untuk
mencegah manusia dari doa, dari persatuan dengan Allah. Kita berdoa sebagaimana
kita hidup, karena kita hidup sebagaimana kita berdoa. Siapa yang tidak selalu
mau bertindak dalam semangat Kristus, ia juga tidak bisa terbiasa untuk berdoa
dalam nama-Nya. “Perjuangan rohani” dari kehidupan baru seorang
Kristen tidak bisa dipisahkan dari perjuangan doa.      
I. * Keberatan terhadap Doa
2726  Dalam perjuangan doa kita perlu menanggapi pandangan-pandangan
keliru mengenai doa, yang kita temukan di dalam diri kita sendiri dan di
sekitar kita. Sejumlah orang melihat di dalam doa itu satu peristiwa psikologis
semata-mata, yang lain lagi satu usaha konsentrasi untuk sampai kepada
kekosongan batin. Ada pula yang membatasi doa pada sikap dan kata-kata ritual.
Banyak orang Kristen melihat secara tidak sadar di dalam doa itu satu kesibukan
yang tidak dapat disesuaikan dengan segala kesibukan lain yang harus mereka lakukan:
mereka tidak mempunyai waktu. Dan mereka yang mencari Tuhan di dalam doa sangat
cepat tawar hati, karena mereka tidak tahu bahwa doa juga datang dari Roh Kudus
dan bukan hanya dari mereka sendiri.                   
2727  Kita juga harus menghadapi sikap-sikap mental “dunia
ini”. Kalau kita tidak berjaga-jaga, sikap-sikap itu akan merembes masuk
ke dalam kita. Demikian umpamanya pendapat bahwa yang benar, hanyalah yang
dapat diperiksa oleh akal budi dan ilmu pengetahuan. Berlawanan dengan itu, ada
juga pandangan, bahwa doa itu merupakan satu misteri yang melampaui kesadaran
dan ketidak sadaran kita. Satu pandangan lain hanya menghargai produksi dan
keuntungan, lantas memandang doa sebagai tidak berguna, karena tidak produktif.
Lebih jauh, satu pandangan lagi melihat kesenangan dan kenyamanan adalah
takaran untuk yang benar, yang baik, dan yang indah. Tetapi berlawanan dengan
itu, doa yang “adalah cinta kepada yang indah” [philokalia] hendak
mencintai kemuliaan Allah yang hidup dan benar di atas segala-galanya.
Akhirnya, doa digambarkan sebagai pelarian dari dunia, karena takut akan
kesibukan. Tetapi doa Kristen itu bukan sikap mengundurkan diri dari sejarah;
ia juga tidak memutuskan hubungan dengan kehidupan.                                                         
2728  Akhirnya kita harus berjuang pula melawan apa yang kita alami
sebagai kegagalan dalam doa. Termasuk di antaranya: rasa tawar hati, karena
kekeringan; rasa sedih, karena tidak bisa memberi segala-galanya kepada Allah,
karena kita mempunyai “banyak harta” Bdk. Mrk 10:22.; rasa kecewa,
karena doa kita tidak dikabulkan sesuai dengan kehendak kita sendiri; rasa
tersinggung dalam kesombongan yang berkeras hati dalam kemalangan seorang
pendosa; dan merasa segan, karena harus menerima doa itu secara cuma-cuma.
Bagaimanapun juga terdapat pertanyaan: untuk apa berdoa? Untuk mengatasi
halangan-halangan ini, kita harus berjuang supaya rendah hati, percaya, dan
tabah.
II. * Kewaspadaan yang Rendah Hati
Kesukaran dalam Doa
2729  Sering kali doa dipersulit oleh pikiran melayang. Dalam doa lisan
kesulitan ini dapat menyangkut kata-kata dan artinya. Tetapi lebih jauh, ia
dapat juga menyangkut Dia yang kita dekati dalam meditasi, dalam doa batin,
tetapi juga dalam doa liturgi dan doa yang diucapkan secara pribadi. Kalau kita
andaikata hendak mengejar pikiran melayang, kita masuk dalam perangkapnya,
sedangkan kita hanya perlu untuk kembali lagi kepada hati kita. Pikiran
melayang menyatakan kepada kita, apa yang kita cintai. Dengan rendah hati,
menjadi sadar akan hal itu di depan Allah, membangkitkan cinta kita yang
mengutamakan Dia di atas segalanya, kalau kita bertekad menyerahkan hati kita
kepada-Nya, supaya Ia membersihkannya. Di sinilah tempat perjuangan yang
menentukan, Tuhan mana yang hendak kita layani (Bdk. Mat 6:21.24).                             
2730  Perjuangan melawan ke-“aku”-an kita yang haus akan harta
milik dan kekuasaan, terdiri atas kewaspadaan dan ketenangan. Kalau Yesus
mendesak supaya waspada, maka itu selalu dihubungkan dengan pribadi-Nya dan
kedatangan-Nya – pada hari terakhir dan setiap hari: “hari ini”. Mempelai
pria datang di tengah malam; iman adalah terang, yang tidak boleh padam:
“hatiku mengikuti firmanMu: carilah wajah-Ku” (Mzm 27:8).
2731  Satu kesulitan lain, terutama untuk mereka yang hendak berdoa
dengan khusyuk, ialah kekeringan. Yang ini termasuk dalam doa batin, kalau hati
kita seakan-akan terpisah dari Allah dan tanpa kerinduan akan pikiran,
kenangan, dan perasaan rohani. Inilah saat-saat iman murni, yang tabah setia
bersama Yesus dalam sakratul maut dan dalam makam. Kalau biji gandum itu
“mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24). Kalau
kekeringan itu disebabkan oleh ketiadaan akar, karena sabda jatuh ke atas batu
wadas (Bdk. Luk 8:6.13), itu berarti bahwa harus ada perjuangan demi pertobatan.                                         
Godaan dalam Doa
2732  Godaan yang paling sering dan paling tersembunyi ialah kekurangan
iman dari pihak kita. Hal itu tidak menyatakan diri dalam ketidakpercayaan
jelas, tetapi de fakto menonjolkan hal-hal lain. Kalau kita mulai berdoa,
seribu satu pekerjaan dan kesusahan yang kita anggap sangat mendesak, menampilkan
diri sebagai sangat penting. Inilah saatnya, di mana menjadi nyata, kepada apa
hati kita memberikan prioritas. Suatu ketika kita menghadap Tuhan sebagai
pertolongan kita yang terakhir, tetapi kita tidak selalu benar-benar yakin akan
pertolongan-Nya. Pada waktu lain kita menjadikan Tuhan itu sekutu kita, namun
hati kita tetap sombong. Dalam semua hal ini kekurangan kita dalam iman
menyatakan bahwa kita belum cukup rendah hati: “Di luar Aku, kamu tidak
dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).
2733  Satu godaan lain, yang diberi peluang oleh kesombongan, ialah
kejenuhan. Guru-guru kehidupan rohani menganggapnya semacam depresi. Itu
disebabkan oleh berkurangnya askese, menghilangnya kewaspadaan dan berkurangnya
ketelitian hati. “Roh memang penurut tetapi daging lemah” (Mat
26:41). Makin besar ketinggian dari mana orang jatuh, makin parah lukanya.
Kekecewaan yang menyedihkan adalah sisi lain dari kesombongan. Yang rendah hati
tidak merasa heran akan kemalangannya. Hal itu malahan mendorong dia, agar
semakin percaya dan bertekun.   
III. * Kepercayaan Seorang Anak
2734  Dalam kesusahan, kepercayaan diuji dan harus bertahan (Bdk. Rm 5:3-5). Kesukaran terbesar terletak dalam doa permohonan yang kita ucapkan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Beberapa orang malahan berhenti berdoa, karena mereka berpikir bahwa doa mereka tidak dikabulkan. Di sini muncul dua pertanyaan: Mengapa kita berpikir bahwa doa kita tidak dikabulkan? Bagaimana doa kita didengarkan dan “berdaya guna”? 2629
Mengapa Mengeluh, bahwa Kita Tidak Didengarkan?
2735  Pertama-tama satu kenyataan dapat mengherankan kita. Kalau kita memuja Allah atau berterima kasih kepada-Nya untuk kebaikan-Nya secara umum, kita hampir-hampir tidak peduli, apakah doa itu berkenan kepada-Nya. Akan tetapi kita menuntut, agar melihat hasil doa permohonan kita. Citra Allah yang manakah menyebabkan kita berdoa? Apakah Allah itu bagi kita hanyalah satu sarana yang dapat dipakai, ataukah Ia adalah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus?     
2736  Dapatkah kita berkata dengan keyakinan: “Kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26)? Apakah kita mohon kepada Allah “untuk hal-hal yang wajar”? Bapa kita tahu baik sekali apa yang kita butuhkan, jauh sebelum kita meminta itu dari-Nya (Bdk. Mat 6:8). Tetapi Ia menantikan permohonan kita, karena martabat anak-anak-Nya terletak dalam kebebasan mereka. Jadi, perlu sekali bahwa kita berdoa dengan kebebasan Roh Allah, supaya benar-benar dapat mengetahui apa yang dikehendaki-Nya (Bdk. Rm 8:27).        
2737  “Kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yak 4:2-3; Bdk. Seluruh konteks Yak 4:1-10; 1:5-8; 5:16). Kalau kita berdoa dengan hati terbagi seperti “orang-orang yang tidak setia” (Yak 4:4), Allah tidak bisa mendengarkan kita, karena Ia menghendaki kesejahteraan kita dan kehidupan kita. “Janganlah kamu menyangka bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu” (Yak 4:5). Allah kita itu “cemburu” kepada kita. Itu membuktikan bahwa Ia sungguh mencintai kita. Semoga kita membiarkan diri diikutsertakan dalam kerinduan Roh-Nya, maka kita akan didengarkan.
“Jangan bersedih hati, kalau kamu tidak segera menerima dari Allah, apa yang kamu minta. Karena Ia telah memberi lebih banyak kebaikan lagi dengan bantuan ketabahanmu, yang dengannya kamu tinggal di dalam-Nya waktu berdoa” (Evagrius, or. 34). “Ia menghendaki, agar kerinduan kita bertahan dalam doa. Dengan demikian Ia mempersiapkan kita untuk menerima apa yang ingin Ia berikan kepada kita” (Agustinus, ep. 130,8,17).      
Bagaimana Doa Kita Menjadi Berdaya Guna?
2738  Pewahyuan doa dalam tata keselamatan mengajarkan kita bahwa iman bersandar pada karya Allah dalam sejarah. Kepercayaari mendalam terutama dibangkitkan oleh karya-Nya dalam kesengsaraan dan kebangkitan Putera-Nya. Doa Kristen bekerja sama dalam penyelengaraan-Nya, dalam rencana-Nya yang penuh kasih untuk manusia.    
2739  Pada santo Paulus kepercayaan ini memang sangat berani (Bdk. Rm 10:12-13), karena ia mendasarkannya atas doa Roh di dalam kita dan atas cinta Bapa yang setia, yang telah menganugerahkan kepada kita Putera tunggal-Nya (Bdk. Rm 8:26-39). Perubahan hati yang berdoa adalah jawaban pertama atas permohonan kita.    
2740  Doa Yesus membuat doa Kristen menjadi permohonan yang berdaya guna. Doa-Nya adalah contoh; Ia berdoa di dalam kita dan dengan kita. Bagaimana hati anak-anak angkat Allah dapat lebih melekat pada anugerah daripada kepada pemberi, kalau hati Putera-Nya hanya mencari apa yang berkenan kepada Bapa?
2741  Tambah lagi Yesus berdoa menggantikan kita dan untuk kita. Semua permohonan kita secara definitif sudah dimasukkan dalam seruan-Nya di kayu salib, dan dikabulkan oleh Bapa dalam kebangkitan-Nya. Karena itu Yesus tidak berhenti mendoakan kita di depan Bapa (Bdk. Ibr 5:7; 7:25; 9:24). Kalau doa kita, yang diucapkan dengan kepercayaan dan keberanian seorang anak, digabungkan dengan doa Yesus, kita menerima segala-galanya, yang kita minta dalam nama-Nya, dan lebih banyak lagi daripada hanya ini atau itu, yaitu Roh Kudus sendiri, yang menampung segala anugerah dalam diri-Nya.                                                       
IV. * Tabah dalam Cinta
2742  “Tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17). “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita” (Ef 5:20). “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus” (Ef 6:18). “Kita tidak diwajibkan untuk tetap bekerja, berjaga-jaga, dan berpuasa. Tetapi adalah satu hukum bagi kita, supaya berdoa dengan tidak putus-putusnya” (Evagrius, cap. pract. 49). Semangat yang tidak kenal lelah ini hanya dapat berasal dari cinta. Perjuangan doa melawan kelambanan dan kemalasan kita adalah perjuangan untuk mendapatkan cinta yang rendah hati, penuh kepercayaan dan ketabahan. Cinta ini membuka hati kita untuk tiga kepastian iman yang gemilang dan menghidupkan.    2098, 162
2743  Doa itu selalu mungkin : Saat orang Kristen adalah saat Kristus yang bangkit, yang berkata kepada kita: “Aku menyertai kamu senantiasa” (Mat 28:20), betapa pun besarnya angin ribut (Bdk. Luk 8:24). Saat kita ada dalam tangan Allah.
“Malahan di pasar atau waktu berjalan-jalan dalam kesunyian kamu dapat sering dan dengan rajin berdoa. Juga, apabila kamu duduk di dalam perusahaan, atau waktu menjual atau membeli, malahan juga waktu kamu memasak” (Yohanes Krisostomus, ecl. 2).
2744  Doa itu mutlak perlu. Bukti melalui kebalikannya tidak kurang meyakinkan: kalau kita tidak membiarkan diri dibimbing oleh Roh, kita jatuh kembali ke dalam perhambaan dosa (Bdk. Gal 5:16-25). Bagaimana Roh Kudus dapat menjadi “kehidupan kita”, kalau hati kita jauh dari-Nya? 
“Tidak ada suatu apa pun yang lebih bernilai daripada doa: doa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan yang berat menjadi ringan… Seorang manusia yang berdoa, tidak mungkin berdosa” (Yohanes Krisostomus, Anna 4,5).
“Siapa berdoa, pasti diselamatkan; siapa tidak berdoa, pasti mengutuki diri sendiri” (Alfonsus dari Liguori, mez.).       
2745  Berdoa dan hidup kristiani tidak dapat dipisahkan. Karena keduanya menyangkut cinta dan pengurbanan yang sama, yang keluar dari cinta; menyangkut keserupaan yang sederhana dan penuh cinta dengan keputusan Bapa yang penuh cinta; menyangkut persatuan transformatif yang sama dalam Roh Kudus, yang membuat kita menjadi semakin serupa lagi dengan Yesus Kristus; dan menyangkut cinta yang sama kepada semua orang, yang dengannya Yesus mencintai kita. “Apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, akan diberikan kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh 15:16-17).
“Orang yang menghubungkan doanya dengan perbuatan, dan perbuatannya dengan doa, dia berdoa tanpa henti-hentinya. Hanya dengan demikian kita dapat yakin bahwa prinsip untuk berdoa setiap saat, dapat terlaksana” (Origenes, or. 12).                                                             
DOA YESUS SEBAGAI IMAM AGUNG
2746  Karena saat-Nya telah tiba, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya (Bdk. Yoh 17). Doa-Nya adalah yang terpanjang yang dicantumkan di dalam Injil. Ia mencakup seluruh tata ciptaan dan keselamatan, demikian pula kematian dan kebangkitan Yesus. Doa pada “saat” Yesus tidak pernah berhenti, sebagaimana Paskah-Nya yang terjadi “satu kali untuk selamanya” tetap hadir di dalam liturgi Gereja.                 1085
2747  Tradisi Gereja benar, bila menamakan doa itu: doa “Imam Agung” Yesus. Ia merupakan doa Imam Agung kita; ia tidak dapat dipisahkan dari pengurbanan-Nya, dari “kepergian-Nya kepada Bapa” [Paskah], yang olehnya, Ia sepenuhnya “ditahbiskan” kepada Bapa. (Bdk. Yoh 17:11.13.19).                   
2748  Dalam doa kurban Paskah ini, segala sesuatu dirangkumkan di dalam Yesus, di bawah satu Kepala (Bdk. Ef 1:10): Allah dan dunia; Sabda dan daging; kehidupan kekal dan waktu; cinta yang menyerahkan diri dan dosa yang mengkhianati cinta; murid-murid yang hadir, dan manusia-manusia yang akan percaya kepada-Nya dengan perantaraan pewartaan mereka; penghinaan dan penghormatan. Itulah doa kesatuan.     
2749  Yesus telah menyelesaikan seluruh pekerjaan Bapa, dan sebagaimana kurban-Nya, doa-Nya juga berlangsung sampai akhir zaman. Doa pada saat-Nya, memenuhi zaman-zaman terakhir dan mengantarnya kepada penyempumaannya. Yesus adalah Putera, kepada Siapa Bapa telah memberikan segala-galanya dan Yang menyerahkan Diri sepenuhnya kepada Bapa. Sekaligus Ia berbicara dengan kebebasan agung (Bdk. Yoh 17:11.13.19.24), yang datang dari kekuasaan atas segala manusia, yang telah Bapa berikan kepada-Nya. Putera, yang telah menghambakan Diri, adalah Tuhan, Pantokrator [Mahapenguasa]. Imam Agung kita, yang berdoa bagi kita, adalah juga Dia yang berdoa di dalam kita; Ia adalah Allah yang mendengarkan kita.    
2750  Kalau kita sungguh masuk ke dalam nama Yesus, Tuhan, kita dapat menerima “Bapa Kami”, doa yang Ia ajarkan kepada kita, dari dalam. Doa-Nya sebagai Imam Agung menjiwai permohonan-permohonan besar dari Bapa Kami dengan Roh dari dalam: keprihatinan untuk nama Bapa (Bdk. Yoh 17:6.11.12.26), kegairahan untuk Kerajaan dan kemuliaan-Nya (Bdk. Yoh 17:1.5.10.23-26), pengamalan kehendak Bapa, rencana keselamatan-Nya (Bdk. Yoh 17:2.4.6.9.11.12.24) dan pembebasan dari yang jahat (Bdk. Yoh 17:15).
2751  Dalam doa ini Yesus menyatakan dan memberi kepada kita satu “pengertian” yang tidak terpisahkan tentang Bapa dan Putera (Bdk. Yoh 17:3.6-10.25). Pengertian ini adalah rahasia kehidupan doa.
       
TEKS-TEKS SINGKAT
2752  Doa mengandaikan satu usaha dan satu perjuangan melawan diri kita sendiri dan melawan tipu muslihat penggoda. Perjuangan doa tidak dapat dipisahkan dari “perjuangan rohani” yang perlu, supaya dengan kemantapan batin, kita dapat bertindak dalam Roh Kristus: kita berdoa sebagaimana kita hidup, dan kita hidup sebagaimana kita berdoa.
2753  Dalam perjuangan doa kita harus menghadapi pendapat-pendapat yang keliru, sikap-sikap mental modern, dan pengalaman kegagalan kita. Pantaslah melawan godaan-godaan ini, yang menyangsikan manfaat dan kemungkinan doa, dengan kerendahan hati, dengan kepercayaan, dan dengan ketabahan.       
2754  Kesukaran-kesukaran pokok dalam kehidupan doa adalah pikiran melayang dan kekeringan. Iman, pertobatan, dan kewaspadaan hati adalah obat-obat pencegah melawannya.
2755  Dua godaan sering mengancam doa: kekurangan iman dan kejenuhan akan hal-hal rohani, semacam depresi, yang disebabkan oleh berkurangnya askese dan yang menyebabkan orang berkecil hati.
2756  Kepercayaan diuji, apabila kita berperasaan bahwa kita tidak selalu didengarkan. Injil mengundang, supaya kita bertanya diri, apakah doa kita sesuai dengan kerinduan Roh.
2757  “Tetaplah berdoa” (1 Tes 5:17). Doa itu selalu mungkin, ia mutlak perlu untuk kehidupan. Doa dan hidup kristiani tidak dapat dipisah-pisahkan.
2758  Doa pada saat Yesus (Bdk. Yoh 17), yang dengan tepat dinamakan “doa Imam Agung “, merangkumkan seluruh tata ciptaan dan keselamatan. Roh-Nya menjiwai permohonan-permohonan besar dalam Bapa Kami.          

 

SEKSI II :
DOA TUHAN : “BAPA KAMI”

2759  “Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya” (Luk 11:1). Sebagai jawaban atas permohonan ini, Yesus mempercayakan kepada murid-murid-Nya dan Gereja-Nya doa utama Kristen ini. Santo Lukas memberi satu versi singkat dengan lima permohonan (Bdk. Luk 11:2-4), santo Matius memberi satu bentuk yang lebih lengkap dengan tujuh permohonan (Bdk. Mat 6:9-13). Tradisi liturgi Gereja mempertahankan bentuk santo Matius:
Bapa kami yang ada di Surga,
dimuliakanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rezeki pada hari ini
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami dan
janganlah masukkan kami ke dalam percobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
2760  Sejak abad pertama liturgi menutup doa Tuhan ini dengan satu doksologi. Di dalam Didache (8,2) bunyinya: “Karena Engkau yang empunya kuasa dan kemuliaan selama-lamanya”. Konstitusi apostolik (7,24,1) menambahkan pada awal: “kerajaan”. Formulasi ini terdapat di dalam terjemahan ekumenis. Tradisi Bisantin menambahkan sesudah “kemuliaan” “Bapa, Putera dan Roh Kudus”. Buku Misa Romawi melanjutkan permohonan terakhir Bdk. MR, Embolisme. dalam satu penantian yang jelas akan “harapan yang membahagiakan” (Tit 2:13) dan akan kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Sesudah itu menyusul aklamasi umat, dengan menggunakan doksologi dari konstitusi apostolik.

ARTIKEL 1 – “KESIMPULAN SELURUH INJIL”

2761  “Doa Tuhan adalah kesimpulan seluruh Injil” (Tertulianus, or. 1). “Ketika Tuhan mewariskan kepada kita rumusan doa ini, Ia menambahkan pula: “Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Luk 11:9). Jadi setiap orang dapat menyampaikan pelbagai macam doa ke surga seturut kebutuhannya; tetapi ia harus selalu mulai dengan doa Tuhan, yang merupakan doa utama” (Tertulianus, or. 10).
I. * Di Tengah Kitab Suci
2762  Setelah menegaskan bahwa mazmur-mazmur merupakan makanan pokok bagi doa Kristen dan bermuara ke dalam permohonan Bapa Kami, santo Agustinus menambah:
“Pelajarilah segala doa yang tercantum dalam Kitab Suci. Menurut pendapat saya kamu tidak akan menemukan apa pun di dalamnya, yang tidak tercakup dalam doa Tuhan” (ep. 130,12,22).         
2763  Semua buku Perjanjian Lama (hukum, nabi-nabi, dan mazmur) telah digenapi dalam Yesus Kristus (Bdk. Luk 24:44). Injil adalah warta gembira. Pewartaannya yang pertama disimpulkan oleh santo Matius dalam khotbah di bukit (Bdk. Mat 5-7). Doa kepada Bapa kita terdapat di tengah pewartaan ini. Hubungan ini menjelaskan tiap permohonan dari doa yang disampaikan oleh Tuhan:
“Doa Tuhan adalah yang paling sempurna… Di dalamnya tidak hanya diminta segala-galanya yang dapat kita rindukan dengan cara yang benar, tetapi juga dalam urutan-urutan, di mana kita harus merindukannya; dengan demikian doa ini tidak hanya mengajar kita meminta-minta, tetapi ia membentuk juga seluruh perasaan kita” (Tomas Aqu., s. th. 2-2,83,9).                   
2764  Khotbah di bukit adalah pedoman hidup, Bapa Kami adalah doa; di dalam keduanya Roh Tuhan membentuk kerinduan kita, artinya perasaan batin kita. Yesus membimbing kita dengan kata-kata-Nya menuju kehidupan baru ini dan mengajar kita, untuk memohon itu di dalam doa. Dari kebenaran doa kita bergantunglah kebenaran kehidupan kita di dalam Kristus.
II. * “Doa Tuhan”
2765  Ungkapan tradisional “doa Tuhan”, berarti bahwa Yesus, Tuhan kita, mengajar kepada kita doa kepada Bapa kita. Doa yang berasal dari Yesus ini benar-benar merupakan doa istimewa: ia berasal “dari Tuhan”. Pada satu pihak, Putera tunggal memberi kepada kita dalam kata-kata doa ini kata-kata, yang Bapa berikan kepada-Nya (Bdk. Yoh 17:7) : Ia adalah guru doa kita. Pada lain pihak, Ia sebagai Sabda yang telah menjadi manusia mengetahui dalam hati manusia-Nya kebutuhan-kebutuhan saudara dan saudari-Nya dan menyatakannya kepada kita: Ia adalah contoh bagi doa kita.     
2766  Tetapi Yesus tidak meninggalkan bagi kita satu rumusan yang harus diulang-ulangi secara mekanis (Bdk. Mat 6:7; 1 Raj 18:26-29). Dalam doa Tuhan, Roh Kudus mengajar anak-anak Allah berdoa dengan perantaraan Sabda Allah kepada Bapanya seperti lazimnya pada setiap doa lisan. Yesus tidak hanya memberi kita kata-kata bagi doa itu; tetapi serentak pula memberikan kepada kita Roh Kudus, oleh-Nya kata-kata doa ini di dalam kita menjadi “Roh yang memberi hidup” (Yoh 6:63). Tetapi Bapa juga mengutus “Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: Ya Abba, ya Bapa” (Gal 4:6). Inilah bukti dan sekaligus kemungkinan bagi doa kita sebagai anak-anak. Doa kita menyatakan kepada Tuhan kerinduan kita. Karena itu Bapa yang “menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa la, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm 8:27). Dengan cara ini doa kepada Bapa kita termasuk dalam misteri perutusan Putera dan Roh.           690
III. * Doa Gereja
2767  Sejak awal Gereja menerima anugerah yang bergabung tak terpisahkan yakni kata-kata Tuhan dan Roh Kudus. Roh Kudus memberi kepada kata-kata Tuhan kehidupan dalam hati umat beriman. Umat pertama mendoakan doa Tuhan “tiga kali sehari” (Didache 8,3) sebagai pengganti “delapan belas
pujian” yang lazim dalam liturgi Yahudi.
2768  Menurut tradisi apostolik doa Tuhan pada hakikatnya berakar dalam liturgi.
“Tuhan mengajar kita berdoa untuk saudara-saudara kita secara bersama-sama. Karena ia tidak mengatakan: ‘Bapaku’ di dalam surga, tetapi: ‘Bapa kami’, sehingga doa kita seperti dari satu jiwa mendoakan seluruh tubuh Gereja” (Yohanes Krisostomus, hom. in Mat 19:4).
        Dalam semua tradisi liturgi, doa Tuhan merupakan bagian hakiki dari ibadat pagi dan sore. Tetapi terutama sifat gerejaninya menonjol dalam tiga sakramen inisiasi Kristen:                      
2769  Penyampaian [traditio] doa Tuhan pada Pembaptisan dan Penguatan
merupakan tanda kelahiran kembali dalam kehidupan ilahi. Doa Kristen berarti
berbicara kepada Allah dengan Sabda Allah. Dengan demikian mereka yang
“dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana tetapi dari benih yang
tidak fana, oleh firman Allah” (1 Ptr 1:23), belajar untuk berseru
kepada-Nya dengan satu-satunya Sabda, yang Bapanya selalu kabulkan. Dan
selanjutnya mereka dapat melakukannya karena meterai pengurapan dengan Roh
Kudus diukir secara tidak terhapuskan di dalam hati mereka, di dalam telinga
mereka, di lidah mereka, di seluruh keberadaannya sebagai putera-puteri Allah.
Karena itulah kebanyakan komentar dari bapa-bapa Gereja mengenai Bapa Kami
ditujukan kepada para katekumen dan calon baptis. Kalau Gereja berdoa dengan
kata-kata Tuhan, maka yang berdoa dan memperoleh kerahiman adalah selalu umat
“yang dilahirkan kembali” Bdk. 1 Ptr 2:1-10..                                
2770  Dalam perayaan Ekaristi, doa Tuhan merupakan doa seluruh Gereja. Di
sini tampillah artinya yang penuh dan daya gunanya. Disisipkan antara Doa
Syukur Agung [anaphora] dan pembagian komuni ia menyimpulkan di satu pihak
seluruh permohonan dan syafaat yang diucapkan dalam epiklese, di lain pihak ia
memohon untuk diperbolehkan masuk ke dalam perjamuan perkawinan surgawi, yang
diantisipasi dalam komuni sakramental.       
2771  Di dalam Ekaristi, doa Tuhan juga menyatakan sifat eskatologis dari
permohonannya. Itulah doa “zaman akhir”, zaman keselamatan, yang
telah mulai dengan curahan Roh Kudus dan akan diselesaikan dengan kedatangan
Tuhan kembali. Permohonan Bapa Kami, berbeda dengan doa-doa Perjanjian Lama,
bersandar pada misteri keselamatan, yang direalisasikan satu kali untuk
selamanya dalam Kristus yang disalibkan dan bangkit kembali.       
2772  Dari iman yang tidak tergoyahkan ini muncullah harapan, yang nyata
dalam setiap permohonan itu. Ketujuh permohonan itu menyatakan keluhan dari
zaman sekarang, zaman ketabahan dan penantian, ketika “belum nyata, apa
keadaan kita kelak” (1 Yoh 3:2) Bdk. Kol 3:4.. Perayaan Ekaristi dan Bapa
Kami terarah kepada kedatangan Tuhan, “sampai Ia datang” (1 Kor
11:26).                                                        
TEKS-TEKS SINGKAT
2773  Atas permohonan murid-murid-Nya, “Tuhan,
ajarlah kami berdoa” (Luk 11:1) Yesus mempercayakan kepada mereka doa
utama Kristen, Bapa Kami.
2774  “Doa Tuhan adalah kesimpulan seluruh
Injil” (Tertulianus, or 1) dan “doa yang paling sempurna”
(Thomas Aqu., s. th. 2-2,83,9). Ia berada pada sentrum Kitab Suci.                                
2775  Ia dinamakan “doa Tuhan “, karena ia
berasal dari Yesus, Tuhan, guru, dan contoh doa kita.           
2776  Doa Tuhan adalah doa Gereja yang sebenarnya.
Ia merupakan bagian pokok dari ibadat pagi dan sore dan dari Sakramen-sakramen
inisiasi Kristen: Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi. Sebagai bagian dari
perayaan Ekaristi, ia menyatakan sifat “eskatologis” dari
permohonan-Nya, dalam harapan kepada Tuhan, “sampai Ia datang” (I Kor
11:26).

ARTIKEL 2 – “BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA”

I. * “Kita Berani Mendekat dengan Penuh Kepercayaan”
2777  Di dalam liturgi Ekaristi Romawi umat diundang, mendoakan Bapa Kami
dengan keberanian seorang anak. Liturgi-liturgi Timur menggunakan
ungkapan-ungkapan yang serupa dengan itu: “berani dengan penuh
kepercayaan” dan “jadikanlah kami layak”. Dari semak duri yang
menyala disampaikan kepada Musa: “Janganlah datang dekat-dekat:
tanggalkanlah kasutmu dari kakimu” (Kel 3:5). Hanya Yesus dapat melewati
ambang pintu kekudusan ilahi. Setelah Ia “selesai mengadakan penyucian
dosa” (Ibr. 1:3), Ia membimbing kita ke depan hadirat Bapa:
“Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah
kepada-Ku” (Ibr 2:13).
“Sebenarnya kita harus
menyembunyikan diri dalam kesadaran bahwa kita hanyalah hamba belaka, makhluk
dari tanah yang harus menjadi debu, apabila bukan perintah kekuasaan Bapa,
apabila bukan Roh Putera-Nya sendiri mengajak kita untuk berseru: ‘Ya Abba, ya
Bapa’ (Rm 8:15)… Bilamanakah satu makhluk yang fana berani menamakan Allah
itu Bapa, kalau bukan kekuatan-kekuatan surga menghidupkan batin manusia?”
(Petrus Krisologus, serm. 71).                                                                                     
2778  Kekuasaan Roh, yang menghantar kita kepada doa Tuhan, diuraikan
dalam liturgi Timur dan Barat dalam istilah yang indah dan benar-benar Kristen,
parrhesia, yang sama artinya dengan kejujuran yang terus-terang, kepercayaan
seorang anak, keyakinan yang gembira, keberanian yang rendah hati, dan
kepastian bahwa dicintai Bdk. Ef 3:12; Ibr 3:6; 4:16; 10: 19; 1 Yoh
2:29;3:21;5:14..                                       
II. * “Bapa”
2779  Sebelum kita menjadikan seruan doa Tuhan yang pertama ini milik
kita, haruslah dengan rendah hati kita bersihkan hati kita dari
gambaran-gambaran palsu “dunia ini”. Kerendahan hati itu membuat kita
mengakui: “Tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”, yakni “orang-orang
kecil” (Mat 11:25-27). Pembersihan hati menyangkut gambaran mengenai bapa
dan ibu, yang berasal dari perkembangan pribadi kita dan kebudayaan kita dan
mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Allah Bapa kita berada di atas gagasan-gagasan
dunia tercipta ini. Siapa yang di bidang ini memindahkan gagasannya sendiri
kepada Allah, ia menciptakan untuk dirinya berhala-berhala, yang akan ia sembah
atau tolak. Berdoa kepada Bapa berarti masuk ke dalam misteri-Nya sebagaimana
ada-Nya dan seperti Putera menyatakan-Nya kepada kita.
“Ungkapan ‘Allah Bapa’ tidak
pemah diwahyukan kepada seorang pun. Ketika Musa sendiri bertanya kepada Allah,
siapa nama-Nya, ia mendengar satu nama yang lain. Kepada kita nama itu
dinyatakan dalam Putera, karena dalam nama ‘Putera’ sudah tercakup nama baru
‘Bapa’ (Tertulianus, or. 3).                  
2780  Kita dapat menyapa Allah sebagai “Bapa”, karena
Putera-Nya yang menjadi manusia telah mewahyukan-Nya kepada kita dan karena
Roh-Nya memperkenalkan-Nya kepada kita. Kita percaya, bahwa Yesus adalah
Kristus dan bahwa kita dilahirkan dari Allah Bdk. 1 Yoh 5:1.. Dengan demikian
Roh Putera mengikutsertakan kita dalam hubungan pribadi Putera dengan Bapa-Nya
Bdk. Yoh 1:1.. Manusia tidak dapat membayangkan itu, malaikat tidak dapat menduganya.                                                                                         
2781  Kalau kita berdoa kepada Bapa, kita berada dalam persekutuan dengan
Dia dan dengan Putera-Nya Yesus Kristus Bdk. 1 Yoh 1:3.. Sementara itu kita
mengenal dan mengakui-Nya dengan keheranan yang selalu baru. Perkataan pertama
dalam doa Tuhan adalah sembah puji, sebelum ia menjadi seruan permohonan.
Karena demi kehormatan Allah, kita mengakui-Nya sebagai “Bapa” dan
sebagai Allah yang benar. Kita berterima kasih kepada-Nya, bahwa Ia telah
menganugerahkan kepada kita, percaya kepada-Nya, dan menjadi tempat tinggal
kehadiran-Nya.
2782  Kita dapat menyembah Bapa, karena dengan menjadikan kita anak
angkat-Nya dalam Putera-Nya yang tunggal Ia telah menganugerahkan kepada kita
kelahiran kembali ke dalam kehidupan-Nya. Melalui Pembaptisan Ia memasukkan kita
ke dalam Tubuh Kristus, yang Terurapi, dan melalui pengurapan dengan Roh-Nya,
yang mengalir dari Kepala ke anggota-anggota, Ia membuat kita juga menjadi
“terurapi”.
“Karena Tuhan telah
menentukan bahwa kita menjadi anak angkat-Nya, Ia telah membuat kita serupa
dengan Tubuh Kristus yang dimuliakan. Dan setelah kamu mengambil bagian pada
yang Terurapi, maka dengan alasan kuat kamu dinamakan terurapi” (Sirilus
dari Yerusalem, catech. myst.3.1).
“Manusia baru yang
dilahirkan kembali dan diberikan kembali kepada Allahnya oleh rahmat-Nya
berkata pertama-tama “Bapa”, karena ia telah menjadi anak-Nya”
(Siprianus,Dom.orat. 9).        
2783  Di dalam doa Tuhan kita diwahyukan kepada diri kita sendiri Bdk. GS
22,1., karena serentak Bapa diwahyukan kepada kita.
“0 manusia, engkau tidak
berani mengangkat wajah ke langit, engkau menundukkan pandangan ke bumi, dan
dengan tiba-tiba engkau menerima rahmat Kristus: semua dosamu telah diampuni.
Dari seorang hamba yang jahat engkau telah menjadi seorang putera yang baik …
Jadi, angkatlah pandanganmu kepada Bapa… yang telah menebus engkau melalui
Putera-Nya, dan berkatalah: ‘Bapa kami’… Jangan sekali-kali mengandalkan hak
istimewa. Ia hanyalah Bapa yang sebenarnya dalam hubungan dengan Kristus,
sedangkan kita diciptakan oleh-Nya. Karena itu berkatalah karena rahmat: ‘Bapa
kami’ supaya layak menjadi anak-Nya” (Ambrosius, sacr. 5,19). 
2784  Anugerah rahmat ini, yakni pengangkatan sebagai anak, menuntut dari
kita satu pertobatan yang terus-menerus dan satu kehidupan baru. Doa Bapa Kami
harus mengembangkan dua sikap dasar di dalam kita.
Kerinduan dan kehendak, supaya
menjadi serupa dengan Dia. Karena kita sudah diciptakan menurut citra-Nya, maka
karena rahmat, keserupaan dengan Dia itu diberikan lagi kepada kita. Kita harus
menyesuaikan diri dengan citra itu.
“Kalau kita menamakan Allah
itu Bapa, kita juga harus bersikap sebagai putera-putera Allah”
(Siprianus, Dom. orat. 11).
“Kamu tidak dapat menamakan
Bapamu itu Allah dari segala yang baik, kalau kamu mempunyai hati yang tidak
manusiawi dan kejam. Karena dalam hal itu kamu tidak lagi memiliki tanda
kebaikan dari Bapa surgawi di dalam kainu” (Yohanes Krisostomus, hom. in
Mat 7:14).
“Kita harus tanpa
henti-hentinya memandang keindahan Bapa dan membiarkan j iwa kita diresapi
oleh-Nya” (Gregorius dari Nisa, or. dom.2).                                                                     
2785  Hati yang merendahkan diri dan penuh kepercayaan. Hati macam ini
membuat kita menjadi “seperti anak kecil” (Mat 18:3), karena Bapa
menyatakan diri kepada “orang kecil” (Mat 11:25).
“[Doa Bapa Kami adalah satu
penengadahan kepada Allah sendiri, satu api cinta yang besar. Jiwa lebur,
tenggelam di dalam cinta yang kudus dan berbicara dengan Allah seperti dengan
Bapanya sendiri, sangat mesra, dalam cinta seorang anak yang sangat khusus,
lemah lembut.” (Yohanes Kasianus, coll. 9,18).
“Bapa Kami: sambil kita
berdoa, nama ini menimbulkan di dalam kita sekaligus cinta, simpati … dan
juga harapan, bahwa menerima apa yang kita minta … Bagaimana Ia dapat menolak
doa anak-anak-Nya, kalau sebelumnya Ia sudah mengizinkan mereka menjadi
anak-anak-Nya?” (Agustinus, serm. Dom. 2,4,16). 
III. * Bapa “Kami”
2786  Sapaan Bapa “kami” diarahkan kepada Allah. Dari pihak
kita kata ganti ini bukan menyatakan suatu pemilikan, melainkan satu hubungan
yang baru sama sekali dengan Allah.       
2787  Kalau kita mengatakan Bapa “kami”, kita mengakui lebih
dahulu bahwa semua janji cinta-Nya, yang diumumkan para nabi, telah dipenuhi
dalam Kristus dalam perjanjian baru dan kekal: sekarang kita menjadi
umat-“Nya” dan Ia Allah “kita”. Hubungan baru ini adalah
satu anugerah keanggotaan. Dalam cinta dan kesetiaan Bdk. Hos 2:21-22; 6:1-6.
kita sekarang harus menjawab “kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:17),
yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Yesus Kristus.                                                
2788  Karena doa Tuhan adalah doa umat-Nya dalam “zaman-zaman
terakhir” maka kata “kami” ini juga menyatakan kepastian harapan
kita atas janji Allah yang terakhir. Di dalam Yerusalem baru Ia mengatakan
kepada pemenang: “Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi
anak-Ku” (Why 21:7).    
2789  Kalau kita berdoa Bapa “kami”, secara pribadi kita
berpaling kepada Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Kita tidak membagi ke-Allah-an,
karena Bapa adalah “sumber dan asalnya”. Sebaliknya dengan itu kita
mengakui bahwa dari kekal Putera telah dilahirkan oleh-Nya dan Roh Kudus keluar
dari Dia. Kita juga tidak mencampur adukkan Pribadi-pribadi karena kita
mengakui bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Bapa dan Putera-Nya Yesus
Kristus dalam Roh Kudus-Nya yang satu-satunya. Tritunggal Mahakudus itu
sehakikat dan tidak terbagi. Kalau kita berdoa kepada Bapa, kita menyembah Dia
dan memuliakan Dia bersama dengan Putera dan Roh Kudus.    
2790  Kata “kami” menandakan sesuatu yang dimiliki bersama oleh
sejumlah orang. Ada hanya satu Allah, dan Ia diakui sebagai Bapa oleh mereka
yang, karena iman kepada Putera tunggal-Nya, dilahirkan kembali dari air dan
dari Roh Kudus Bdk. 1 Yoh 5:1; Yoh 3:5.. Gereja adalah persekutuan baru antara
Allah dan manusia ini. Bersatu dengan Putera tunggal-Nya, “yang menjadi
yang sulung di antara banyak saudara” (Rm 8:29) ia terikat dalam
persekutuan dengan Bapa yang satu dan sama, dalam Roh Kudus yang satu dan sama
Bdk. Ef 4:4-6.. Setiap orang beriman, yang berdoa Bapa “kami”, berdoa
di dalam persekutuan ini: “Kumpulan orang beriman itu sehati dan
sejiwa” (Kis 4:32).       
2791  Karena itu, kendati perpecahan di antara orang Kristen, doa kepada
Bapa “kita” tetap menjadi milik bersama semua yang telah dibaptis dan
merupakan satu ajakan yang mendesak bagi mereka. Diikat oleh iman bersama
kepada Kristus dan oleh Pembaptisan, mereka harus berdoa bersama Yesus untuk
kesatuan murid-murid-Nya Bdk. UR 8; 22.. 
2792  Kalau dengan jujur kita berdoa “Bapa kami”, kita menyingkirkan
individualisme, karena cinta yang kita terima, membebaskan kita darinya.
“Kami” pada awal doa Tuhan sebagaimana “kami” dalam empat
permohonan terakhir, tidak mengucilkan seorang pun. Supaya dapat didoakan
dengan jujur Bdk. Mat 5:23-24; 6:14-16., semua perpecahan dan pertentangan
harus diatasi.
2793  Yang sudah dibaptis tidak dapat berdoa kepada Bapa
“kami”, tanpa membawa semua orang, untuk siapa Putera-Nya yang
terkasih telah menyerahkan Diri, ke hadirat Allah. Cinta Allah itu tanpa batas,
dan doa kita pun harus demikian pula Bdk. NA5.. Bapa kami membuka bagi kita
seluruh keluasan cinta Bapa yang telah menjadi tampak dalam Kristus. Kita
berdoa bersama semua orang dan untuk semua manusia yang belum mengenal Bapa,
supaya “mengumpulkan dan mempersatukan lagi anak-anak Allah yang
tercerai-berai” (Yoh 11:52). Keprihatinan ilahi ini bagi semua manusia dan
bagi seluruh ciptaan ini menjiwai semua pendoa yang besar; ia harus menghantar
doa kita kepada satu cinta dengan hati terbuka lebar, apabila kita beraniberkata:
Bapa “kami”.
       
IV. * “Di Surga”
2794  Ungkapan biblis ini tidak berbicara tentang suatu tempat [ruang],
tetapi satu cara berada; bukan tentang jauhnya Allah, melainkan keagungan-Nya.
Bapa kita itu bukan “di tempat lain”, melainkan Ia ada “di seberang
segala sesuatu” yang dapat kita pikirkan mengenai kekudusan-Nya. Justru
karena Ia tiga kali kudus, maka Ia dekat dengan hati yang rendah dan penuh
sesal.
“Sepantasnya orang
beranggapan bahwa kata-kata “Bapa kami yang ada di surga” berbicara
tentang hati orang yang jujur, di mana Allah tinggal seperti dalam kenisah-Nya.
Karena itu, juga pendoa akan menghendaki dan merindukan bahwa Ia yang ia sapa,
tinggal di dalam dia” (Agustinus, serm. Dom. 2,5,17).
“Surga dapat juga berarti
mereka, yang membawa gambaran dunia surgawi dalam dirinya dan di mana Allah
tinggal dan berjalan-jalan” (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,11).                       
2795  Lambang surga menunjuk misteri perjanjian, yang kita hayati,
apabila kita berdoa kepada Bapa. Ia ada dalam surga. Inilah tempat tinggal-Nya.
Jadi rumah Bapa adalah juga “tanah air” kita. Dosa telah menghalau
kita dari tanah perjanjian Bdk. Kej 3., dan pertobatan hati membiarkan kita
kembali lagi kepada Bapa di surga Bdk. Yer 3:19-4:1a; Luk 15:18. 21.. Di dalam
Kristus, surga dan bumi diperdamaikan lagi Bdk. Yes 45:8; Mzm 85:12., karena
hanya Putera “turun dari surga”, dan hanya Ia membiarkan kita naik
kembali ke surga bersama Dia melalui salib, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga
Bdk. Yoh 12:32; 14:2-3; 16:28; 20:17; Ef 4:9-10; Ibr 1:3; 2:13..    
2796  Kalau Gereja mendoakan “Bapa kami yang ada di surga” ia
mengakui bahwa kita adalah umat Allah, yang “tersembunyi bersama dengan
Kristus” (Kol 3:3) telah mempunyai “satu tempat di surga” Bdk.
Ef 2:6.. Ia juga mengakui bahwa pada waktu yang sama juga berlaku bagi kita:
“Di dalam kemah ini kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat
kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini” (2 Kor
5:2) Bdk. Flp 3:20; Ibr 13:14..
“Mereka [orang Kristen]
berada di dalam daging, tetapi mereka tidak hidup menurut daging. Mereka
tinggal di bumi, tetapi mereka itu warga surga” (Diognet 5,8-9).                                               
TEKS-TEKS SINGKAT
2797  Kepercayaan yang sederhana dan setia, harapan
yang rendah hati dan gembira adalah sikap yang dengannya kita harus mendoakan
Bapa Kami.
2798  Kita dapat menyapa Allah sebagai
“Bapa”, karena Putera Allah yang telah menjadi manusia,
menyatakan-Nya kepada kita. Oleh Pembaptisan kita sudah dijadikan anggota
Putera Allah dan anak angkat Allah.
2799  Doa Tuhan memasukkan kita ke dalam persekutuan
dengan Bapa dan dengan Putera-Nya Yesus Kristus. Doa ini sekaligus menyatakan
kita kepada diri kita sendiri di dalam doa ini Bdk. GS 22,1.
2800  Doa kepada Bapa kita harus membangkitkan di
dalam kita kehendak menjadi serupa dengan Dia, dan membuat hati kita menjadi
remuk redam dan penuh kepercayaan.
2801  Kalau kita menamakan Allah Bapa
“kita”, kita mendasarkan diri atas perjanjian baru dalam Yesus
Kristus, atas persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus dan atas cinta ilahi,
yang dengan perantaraan Gereja meluas ke seluruh bumi.
2802  Di “surga ” tidak berarti tempat,
tetapi keagungan Allah dan kehadiran-Nya di dalam hati orang-orang yang benar
Surga, rumah Bapa, adalah tanah air yang sesungguhnya, kita mengejarnya dan
sekarang kita sudah termasuk di dalamnya.

ARTIKEL 3 – KETUJUH PERMOHONAN

2803  Sesudah kita menempatkan diri di hadirat Allah, Bapa kita, untuk
menyembah-Nya, mencintai-Nya dan memuji-Nya, Roh keputeraan melambungkan tujuh
permohonan, tujuh pujian dari dalam hati kita. Tiga yang pertama lebih
berhubungan dengan Allah dan menarik kita menuju kemuliaan Bapa; empat yang
berikut bagaikan jalan menuju Allah dan menyerahkan kesusahan kita kepada
rahmat-Nya. “Samudera raya berpanggil-panggilan dengan deru air
terjun-Mu” (Mzm 42:8).                                                          
2804  Ketiga permohonan pertama membawa kita menuju Allah, demi diri-Nya
sendiri; nama-Mu, Kerajaan-Mu dan kehendak-Mu. Adalah unsur hakiki dari cinta,
bahwa ia lebih dulu ingat dia yang dicintai. Dalam setiap dari tiga permohonan
itu kita tidak berbicara tentang diri sendiri, melainkan kita memberi diri
ditangkap oleh “kerinduan yang membara” dan oleh
“keprihatinan” Putera terkasih menyangkut kemuliaan Bapa-Nya Bdk. Luk
22:15; 12:50.: “dimuliakanlah … datanglah … jadilah… ” Ketiga
permohonan ini sudah dipenuhi dalam kurban Yesus, Penebus; tetapi sekarang,
selama Allah belum jadi segalanya di dalam semua Bdk. 1 Kor 15:28., permohonan
itu oleh harapan diarahkan kepada penyelesaian definitif.
2805  Permohonan-permohonan yang berikut berlangsung seturut arah
beberapa epiklese Ekaristi; mereka mempersembahkan harapan kita dan menarik
pandangan Bapa kerahiman atas dirinya. Mereka keluar dari kita dan menyangkut
kita sekarang ini, di dunia ini: “berilah kami … ampunilah kami …
janganlah masukkan kami … bebaskanlah kami … ” Permohonan keempat dan
kelima berhubungan dengan kehidupan kita: kita harus dikuatkan oleh makanan dan
disembuhkan dari dosa. Dua permohonan terakhir menyangkut perjuangan doa:
perjuangan kita demi kemenangan kehidupan.                                                                         
2806  Oleh tiga permohonan pertama kita dikuatkan dalam iman, dipenuhi
oleh harapan dan dinyalakan oleh cinta. Karena kita makhluk dan masih berdosa,
kita juga harus berdoa untuk diri sendiri. Kita, yang takluk pada batas-batas
dunia dan sejarah, menyerahkan diri kepada cinta Allah kita yang tidak
terbatas. Karena melalui nama Kristus dan Kerajaan Roh-Nya, Bapa kita
menyelesaikan rencana keselamatan-Nya untuk kita dan seluruh dunia.         
I. * Dimuliakanlah Nama-Mu
        [Permohonan
pertama dalam terjemahan yang lazim dipakai umat Katolik di Indonesia berbunyi:
“dimuliakanlah nama-Mu”. Terjemahan lebih harfiah ialah:
“dikuduskanlah nama-Mu”. Karena seluruh uraian selanjutnya berputar
di sekitar gagasan kekudusan, maka di sini umumnya kita gunakan terjemahan:
“dikuduskanlah”].                                                                                           
2807  Perkataan “kuduskan” di sini tidak boleh dimengerti dalam
arti menyebabkan (hanya Allah menguduskan, membuat kudus) tetapi terutama dalam
arti penilaian: mengakui sesuatu sebagai kudus dan memperlakukannya demikian.
Karena itu seruan “dikuduskanlah…” dalam penyembahan kadang-kadang
diartikan sebagai pujian dan syukur Bdk. Mzm 111:9; Luk 1:49.. Tetapi
permohonan ini diajarkan oleh Yesus kepada kita dalam bentuk keinginan: inilah
satu permohonan, satu kerinduan dan satu penantian di mana Allah dan manusia
ikut terlibat. Permohonan pertama dari Bapa Kami sudah langsung membenamkan
kita ke dalam misteri ke-Allah-an-Nya dan ke dalam karya keselamatan bagi umat
manusia. Permohonan kita bahwa nama-Nya dikuduskan, memasukkan kita ke dalam
“keputusan penuh rahmat yang diambil lebih dahulu” supaya dalam cinta
kita hidup kudus dan tak bercela di hadapan Allah. Bdk. Ef 1:9.4.                                                                          
2808  Tuhan menyatakan nama-Nya dalam kejadian-kejadian yang menentukan
dalam tata keselamatan-Nya, di mana Ia menyelesaikan karya-Nya. Tetapi karya
ini terjadi untuk kita dan di dalam kita hanya, apabila nama-Nya dikuduskan
oleh kita dan di dalam kita.                                                           
2809  Kekudusan Allah adalah pusat misteri-Nya yang kekal, yang sukar didekati.
Apa yang nyata tentang Dia dalam ciptaan dan dalam sejarah, dinamakan Kitab
Suci kemuliaan, pancaran kemuliaan-Nya Bdk. Mzm 8; Yes 6:3.. Allah memahkotai
manusia “dengan kemuliaan dan hormat” (Mzm 8:6), karena Ia
menciptakannya sebagai “gambar”, seturut “rupa”-Nya (Kej
1:26). Tetapi oleh karena dosa, manusia “telah kehilangan kemuliaan
Allah” (Rm 3:23). Dengan demikian Allah menyatakan kekudusan-Nya, dengan
menyatakan dan menyampaikan nama-Nya, untuk menciptakan manusia baru “menurut
gambaran Khaliknya” (Kol 3: 10).           
2810  Oleh janji kepada Abraham dan sumpah yang menguatkannya Bdk. Ibr
6:13., Allah mewajibkan Diri, tetapi tanpa menyingkap nama-Nya. Baru kepada
Musa Ia mulai menyatakannya Bdk. Kel 3:14., dan Ia memperlihatkan nama-Nya itu
di depan mata seluruh bangsa, dengan membebaskan mereka dari orang Mesir:
“Ia menjadi tinggi luhur” (Kel 15:1). Sejak perjanjian di Sinai
bangsa ini menjadi milik-Nya; Ia dipanggil untuk menjadi bangsa yang
“kudus” (atau “ditahbiskan” – dalam bahasa Ibrani kata yang
sama) Bdk. Kel 19:5-6., karena nama Allah berdiam di dalamnya.  
2811  Allah, Yang Kudus Bdk. Im 19:2: “Kuduslah kamu, sebab Aku,
Tuhan, Allahmu, kudus”., selalu secara baru lagi memberi kepada bangsa ini
hukum yang kudus dan dengan memperhatikan nama-Nya sendiri, Ia selalu bersabar.
Tetapi bangsa ini berpaling dari Yang Kudus Israel dan menajiskan nama-Nya di
antara bangsa-bangsa Bdk. Kel 20; 36.. Karena itu orang-orang jujur dari
Perjanjian Lama, orang miskin yang telah kembali dari pembuangan dan para nabi
dipenuhi oleh semangat yang bernyala-nyala untuk nama-Nya.                 
2812  Akhirnya dinyatakan dan diberikan kepada kita di dalam Yesus, nama
Allah yang kudus di dalam daging sebagai penyelamat Bdk. Mat 1:21; Luk 1:31..
Ia dinyatakan oleh pribadi-Nya, kata-kata-Nya dan oleh kurban-Nya Bdk. Yoh
8:28; 17:8; 17:17-19.. Inilah inti doa Imam Agung: Bapa yang kudus “Aku
menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam
kebenaran” (Yoh 17:19). Oleh karena Yesus sendiri “menguduskan”
nama-Nya Bdk. Yeh 20:39; 36:20-21., maka Ia “mewahyukan” nama Bapa
(Yoh 17:6). Pada akhir Paska-Nya, Bapa menganugerahkan kepada-Nya nama yang
lebih besar daripada segala nama: Yesus adalah Tuhan demi kemuliaan Allah, Bapa
Bdk. Flp 2:9-11..                                                                          
2813  Dalam air Pembaptisan kita telah dibersihkan, dikuduskan, dan
“dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita”
(1 Kor 6:11). Allah telah memanggil kita, supaya “menjadi kudus”
dalam seluruh kehidupan kita ( 1 Tes 4:7): “Oleh Dia kamu berada dalam
Yesus Kristus, yang oleh Allah telah menjadi kekudusan bagi kita” (1 Kor
1:30). Permohonan, agar nama-Nya dikuduskan di dalam kita dan oleh kita,
menyangkut kehormatan-Nya dan kehidupan kita. Karena itu permohonan pertama
sangat mendesak.
“Oleh siapa Allah dapat
dikuduskan, karena Dia sendiri yang menguduskan? Tetapi karena Ia sendiri telah
mengatakan: ‘Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, Tuhan, kudus'(Im 20:26),
kita lalu memohon, bahwa kita yang dikuduskan dalam Pembaptisan, berpegang
teguh pada keberadaan yang telah mulai diberikan kepada kita. Dan untuk itu
kita berdoa hari demi hari; karena kita membutuhkan pengudusan setiap hari,
supaya kita yang berdosa setiap hari, dapat membersihkan lagi dosa-dosa kita
oleh pembasuhan yang terus-menerus … Kita berdoa, supaya pengudusan ini
tinggal di dalam kita” (Siprianus Dom. orat. 12).                      
2814  Bergantung pada kehidupan dan sekaligus pada doa kita apakah
nama-Nya dikuduskan di antara bangsa-bangsa:
“Kita berdoa, agar Allah
menguduskan nama-Nya, yang oleh kekudusan-Nya menyelamatkan dan menguduskan
seluruh ciptaan … Itulah nama yang memberikan kembali keselamatan, yang telah
hilang, kepada dunia. Tetapi kita berdoa, supaya nama Allah dikuduskan di dalam
kita oleh kehidupan kita. Kalau kita berbuat baik, nama Allah dipuji; kalau
kita berbuat buruk, maka Ia akan dihujah sesuai dengan perkataan Rasul: ‘Sebab
oleh karena kamulah nama Allah dihujah di antara bangsa-bangsa’ (Rm 2:24; Yeh
36:20-22). Karena itu kita berdoa, supaya memperoleh sekian banyak kekudusan di
dalam hati kita, sebagaimana nama Allah kudus adanya” (Petrus Krisologus,
serm. 71).
“Kalau kita mengatakan:
‘dikuduskanlah nama-Mu’, kita berdoa, agar Ia dikuduskan di dalam kita yang
sudah menjadi milik-Nya, demikian pula di dalam orang lain yang masih
dinantikan rahmat Allah, sehingga dengan demikian kita juga patuh kepada
peraturan, supaya berdoa bagi semua orang, juga bagi musuh-musuh kita. Karena
itu, kita tidak secara khusus berdoa ‘dikuduskanlah nama-Mu di dalam kami’,
karena kita berdoa agar Ia dikuduskan dalam semua manusia” (Tertulianus,
or. 3).                                                     
2815  Permohonan pertama ini yang mencakup semua orang lain, seperti enam
permohonan yang lain, dikabulkan oleh doa Kristus. Doa kepada Bapa kita adalah
doa kita, kalau itu didoakan dalam nama Yesus Bdk. Yoh 14:13; 15:16; 16:24.26..
Yesus berdoa dalam doa Imam Agung-Nya: “Ya Bapa yang kudus, peliharalah
mereka dalam nama-Mu yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku”
(Yoh 17:11).
II. * Datanglah “Kerajaan-Mu”
2816  Dalam Perjanjian Baru, kata basileia dapat diterjemahkan dengan
“kerajaan” (pengertian abstrak), “wilayah kerajaan”
(pengertian konkret) atau “pemerintahan” (pengertian bertindak).
Kerajaan Allah sudah ada. Kerajaan itu telah mendekat dalam Sabda yang menjadi
manusia, telah diumunikan dalam seluruh Injil dan telah datang dalam kematian
dan kebangkitan Kristus. Sejak perjamuan malam terakhir Kerajaan Allah datang
dalam Ekaristi; ia ada di tengah kita. Kerajaan Allah akan datang dalam
kemuliaan, apabila Kristus akan menyerahkannya kepada Bapa.
“Kristus sendiri juga dapat
merupakan Kerajaan Allah itu, kepada Siapa kita berseru setiap hari dalam
kerinduan kita, dan yang kedatangan-Nya kembali kita nantikan dengan tidak
sabar lagi. Oleh karena Ia sendiri adalah kebangkitan kita, karena kita akan
bangkit dalam Dia, karena itu Ia sendiri juga dapat diartikan sebagai Kerajaan
Allah, karena kita akan memerintah di dalam Dia” (Siprianus, Dom. orat.
13).
2817  Permohonan ini adalah “Maranatha”, seruan Roh dan
mempelai: “Datanglah Tuhan Yesus!”
“Juga andaikata di dalam doa
ini tidak ada perintah, supaya mendoakan kedatangan Kerajaan, namun kita dengan
sendirinya harus mengeluarkan seruan ini dan bergegas-gegas untuk merangkul
harapan kita. Di bawah altar, jiwa-jiwa para martir memohon dari Tuhan dengan
seruan nyaring: ‘Berapa lama lagi Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan
darah kami terhadap mereka yang diam di bumi?’ (Why 6:10). Karena kepada mereka
akan diberikan kebenaran pada akhir zaman. Tuhan, semoga dipercepatkanlah
kedatangan Kerajaan-Mu” (Tertulianus, or. 5).                                             
2818  Doa Tuhan terutama berbicara tentang kedatangan definitif Kerajaan
Allah dengan kedatangan kembali Kristus Bdk. Tit 2:13.. Kerinduan ini tidak
menyelewengkan Gereja dari perutusannya di dunia ini, tetapi mewajibkan dia
untuk melakukannya. Sejak Pentekosta kedatangan Kerajaan adalah karya Roh
Kudus, yang “melanjutkan karya Kristus di dunia dan menyelesaikan segala
pengudusan” (MR, Doa Syukur Agung IV).
2819  “Kerajaan Allah… adalah kebenaran, damai sejahtera, dan
sukacita oleh Roh Kudus” (Rm 14:17). Zaman-zaman terakhir, di mana kita hidup
adalah waktu pencurahan Roh Kudus. Dengan itu mulailah perjuangan yang
menentukan antara “daging” dan “roh” Bdk. Gal 5:16-25..
“Hanya jiwa yang murni dapat
berkata dengan penuh harapan: ‘Datanglah Kerajaan-Mu’. Siapa yang mendengar
perkataan Paulus: ‘Hendaktlah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang
fana’ (Rm 6:12), siapa yang tetap murni dalam perbuatan, pikiran, dan
pembicaraan, dapat berkata kepada Allah: ‘Datanglah Kerajaan-Mu”‘ (Sirilus
dari Yerusalem, catech. myst. 5 13).                                                                
2820  Di bawah bimbingan Roh Kudus, orang-orang Kristen harus
membeda-bedakan pertumbuhan Kerajaan Allah dari kemajuan kultur dan masyarakat,
dalamnya mereka hidup. Pembedaan ini bukanlah pemisahan, karena panggilan
manusia menuju kehidupan kekal tidak membebaskan dia dari kewajiban, untuk
memanfaatkan kekuatan-kekuatan dan sarana-sarana yang diterima dari Allah untuk
keadilan dan perdamaian Bdk. GS 22; 32; 39; 45; EN 31. di dalam dunia,
melainkan mempertegas tugas ini.                                       1049
2821  Permohonan ini ditopang dan dikabulkan oleh doa Yesus Bdk. Yoh
17:17-20.. Di dalam Ekaristi doa ini hadir dan berdaya guna. Permohonan itu
berbuah dalam kehidupan baru, yang sesuai dengan sabda bahagia Bdk. Mat
5:13-16; 6:24; 7:12-13..                                                                                   
III. * “Jadilah Kehendak-Mu di Atas Bumi seperti di Dalam Surga”
2822  Adalah kehendak Bapa kita, “supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Tim 2:4). Ia sabar, karena “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa” (2 Ptr 3:9;  Bdk. Mat 18:14). Perintah-Nya yang mencakup semua perintah lain dan menyatakan kehendak-Nya kepada kita, berbunyi: “Kasihilah sesamamu; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34; Bdk. 1 Yoh 3:4; Luk 10:25-37).                                                            
2823  “Allah telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya,… untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala, segala sesuatu… di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputugan kehendak-Nya” (Ef 1:9-11). Demikianfah kita berdoa terus-menerus, agar keputusan yang berbelaskasihan ini dapat terlaksana di atas bumi, seperti sekarang ini di surga.       
2824  Kehendak Bapa dipenuhi secara sempurna di dalam Kristus oleh kehendak manusiawi-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Pada saat masuk ke dunia Yesus berkata: “Sungguh, Aku datang; untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku” (Ibr 10:7; Mzm 40:8). Hanya Yesus dapat mengatakan tentang Diri sendiri, bahwa Ia “senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada Bapa” (Yoh 8:29). Ketika berdoa dalam sakratul maut Ia menyetujui sepenuhnya kehendak Bapa: “Bukan kehendakKu, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42) Bdk. Yoh 4:34; 5:30; 6:38.. Karena itu Yesus “menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita… menurut kehendak Allah dan Bapa kita” (Gal 1:4). “Karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibr 10:10).   475, 612
2825  “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Yesus telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya” (Ibr 5:8). Terlebih hal itu berlaku bagi kita, makhluk yang berdosa, yang telah menjadi anak angkat di dalam Yesus. Kita memohon kepada Bapa kita, agar Ia mempersatukan kehendak kita dengan kehendak Putera-Nya supaya kita memenuhi kehendak-Nya yaitu rencana keselamatan untuk kehidupan dunia. Dari diri kita sendiri kita sama sekali tidak mampu untuk itu, tetapi bersatu dengan Yesus dan berkat kekuatan Roh Kudus-Nya kita dapat menyerahkan kehendak kita kepada Bapa dan memutuskan untuk melakukan apa yang selalu dipilih Putera: melakukan apa yang berkenan kepada Bapa (Bdk. Yoh 8:29).
Kalau kita setia kepada Kristus, “kita dapat menjadi satu Roh bersama Dia dan dengan demikian melaksanakan kehendak-Nya; maka kehendak ini akan dilaksanakan secara sempurna di dunia seperti di dalam surga” (Origenes, or. 26).
“Lihatlah, bagaimana Yesus Kristus mengajar kerendahan hati kepada kita, dengan menjelaskan kepada kita, bahwa kebajikan bukan hanya hasil usaha kita melainkan juga hasil rahmat Allah. Juga di sini Ia menyuruh setiap kita, supaya di dalam doa memperhatikan kesejahteraan seluruh dunia. Oleh karena Ia tidak berkata: ‘Jadilah kehendak-Mu’ pada aku atau pada kalian, tetapi: ‘di seluruh dunia’, supaya segala kekeliruan hilang, kebenaran menjadi tampak, setiap kejahatan dibasmi, kebajikan masuk, dan dengan demikian tidak ada perbedaan lagi antara surga dan bumi” (Yohanes Krisostomus, hom. in Mat 19:5).                                                      
2826  Dengan perantafaan doa “kita dapat mengetahui … manakah kehendak Allah” (Rm 12:2) Bdk. Ef 5:17., dan “memperoleh ketekunan” untuk “melakukannya” (Ibr 10:36). Yesus mengajarkan kita bahwa bukan setiap orang yang memakai banyak kata akan masuk ke dalam Kerajaan surga, “melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat 7:21).
2827  “Allah tidak mendengarkan orang berdosa, tetapi orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya” (Yoh 9:31; Bdk. 1 Yoh 5:14). Doa Gereja dalam nama Tuhannya mempunyai kekuatan yang begitu besar, terutama dalam Ekaristi. Inilah persekutuan syafaat bersama Bunda Allah yang kudus (Bdk. Luk 1:38.49) dan semua orang kudus, yang berkenan kepada Tuhan, karena hanya ingin memenuhi kehendak-Nya.
“Tanpa melecehkan kebenaran, kita dapat juga menerjemahkan kata-kata: ‘Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga’ dengan: ‘di dalam Gereja seperti di dalam Tuhan kita Yesus Kristus; di dalam mempelai yang sudah bertunangan dengannya, seperti di dalam mempelai pria, yang melakukan kehendak Bapa”‘ (Agustinus, serm. Dom. 2,6,24).             
IV. * “Berilah Kami Rezeki [Sehari-hari] pada Hari Ini”
2828  Berilah kami. Sungguh indah kepercayaan anak-anak yang mengharapkan segala sesuatu dari Bapanya. Bapa “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). “Pada waktunya” Ia memberi “makanan” (Mzm 104:27) kepada semua makhluk hidup. Yesus mengajarkan permohonan ini kepada kita untuk memuliakan Bapa kita dengan mengakui kebaikan-Nya yang tiada taranya.      
2829  “Berilah kami” adalah juga ungkapan perjanjian: Kita adalah milik Allah dan Ia adalah milik kita dan Ia memperhatikan kita. Dan melalui kata “kami” kita mengakui Dia pula sebagai Bapa semua manusia. Maka kita berdoa kepada-Nya untuk mereka semua, sambil menjadikan kebutuhan dan penderitaan mereka keprihatinan kita juga.
2830  Rezeki kami. Mustahil bahwa Bapa, yang menganugerahkan kehidupan kepada kita, tidak memberikan juga makanan serta segala kebutuhan jasmani dan rohani lainnya bagi kehidupan itu. Dalam khotbah-Nya di bukit Yesus mengajarkan sebuah kepercayaan, di mana kita merasa terjamin dalam penyelenggaraan Bapa (Bdk. Mat 6:25-34). Dengan itu Yesus tidak menghendaki kita untuk menerima nasib secara acuh tak acuh (Bdk. 2 Tes 3:6-13). Ia ingih membebaskan kita dari segala kesusahan dan kecemasan yang menekan hati. Anak-anak Allah selalu membiarkan diri dalam penyelenggaraan Bapa mereka.
“Mereka yang mencari Kerajaan dan keadilan Allah, akan juga mendapat segala sesuatu yang lain sesuai dengan janji-Nya. Karen bilasegalasesuatu adalah milik Allah, maka orang yang memiliki Allah tidak akan kekurangan apa pun, kalau ia sendiri tidak lupa akan kewajibannya terhadap Allah” (Siprianus, Dom. orat. 21)     
2831  Ada orang yang lapar karena mereka tidak mempunyai makanan. Kenyataan ini menyingkapkan satu arti yang lebih dalam dari permohonan tadi. Kelaparan di dunia mengajak semua orang Kristen, yang mau berdoa dengan jujur, supaya melaksanakan tanggung jawabnya terhadap saudara-saudarinya. Hal ini berkaitan dengan sikap pribadi dan solidaritas mereka dengan seluruh umat manusia. Maka permohonan dalam doa Tuhan tadi tidak dapat dipisahkan baik dari perumpamaan Lasarus yang miskin (Bdk. Luk 16:19-31), maupun dari perumpamaan pengadilan terakhir (Bdk. Mat 25:31-46).                       
2832  Sebagaimana ragi mengembangkan adonan, demikian Kerajaan Allah harus mengembangkan dunia dengan bantuan Roh Kristus (Bdk. AA 5). Dan pengaruh ini harus dibuktikan dengan membuat relasi pribadi dan sosial, tata ekonomi, dan hubungan intemasional menjadi lebih adil. Sementara itu, tidak boleh dilupakan bahwa tanpa manusia berusaha untuk berlaku adil, tidak akan tercipta tata dunia yang adil.                
2833  Doa kita menyangkut rezeki “kita”: “satu” untuk “banyak”. Menurut sabda bahagia, kebajikan membagi-bagikan termasuk kemiskinan; yang menyerukan supaya memberikan dan membagi-bagikan barang-barang rohani dan jasmani, bukan karena terpaksa, melainkan karena cinta, supaya kelimpahan dari seseorang dapat mencukupkan kekurangan orang lain (Bdk. 2 Kor 8:1-15).              
2834  “Berdoalah dan bekerjalah!” (Bdk. Benediktus. reg. 20; 48). “Berdoalah, seakan-akan segala sesuatu bergantung pada Allah, dan bekerjalah, seakan-akan segala sesuatu bergantung pada kamu”. Juga apabila kita telah melakukan pekerjaan kita, makanan tetap merupakan anugerah dari Bapa kita; karena itu ada baiknya supaya meminta kepada-Nya, sambil berterima kasih kepada-Nya untuk itu. Itulah arti dari doa sebelum dan sesudah makan dalam keluarga Kristen.              
2835  Permohonan ini, dan tanggung jawab yang dituntutnya, berlaku juga untuk satu kelaparan lain, yang karenanya manusia binasa; “Manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat 4:4; Bdk. Ul 8:3), artinya dari sabda dan dari napas Allah. Orang-orang harus melakukan segala upaya, supaya “mewartakan Injil kepada orang-orang miskin”. Di dunia ada satu kelaparan lain, “bukan kelaparan akan makanan, bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan” (Am 8:11). Karena itu arti yang khas Kristen dari permohonan keempat ini berhubungan dengan roti kehidupan. Itulah Sabda Allah yang harus kita terima dalam iman, dan tubuh Kristus yang kita terima dalam Ekaristi (Bdk. Yoh 6:26-58).    
2836  Hari ini adalah ungkapan kepercayaan yang Tuhan ajarkan (Bdk. Mat 6:34; Kel 16:19. kepada kita, dan bukan suatu penemuan yang congkak. Karena ini terutama menyangkut Sabda Bapa dan tubuh Putera-Nya, maka “hari ini” bukan saja merupakan kekinian dari waktu kita yang fana, melainkan hari ini yang adalah milik Allah.
“Kalau engkau mendapat rezeki setiap hari, maka setiap hari adalah hari ini untukmu. Kalau Kristus hari ini milikmu, Ia bangkit tiap hari untukmu. Lalu bagaimana? ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan hari ini’ (Mzm 2:7). Hari ini lalu berarti, apabila Kristus bangkit!” (Ambrosius, sacr. 5, 26).            
2837  Sehari-hari. Kata ini, epio?sios, hanya terdapat di sini dalam Perjanjian Baru. Kalau dimengerti dalam arti waktu, ia secara pedagogis mengulang “hari ini” (Bdk. Kel 16:19-21), untuk menguatkan kita dalam satu kepercayaan tanpa syarat. Diterima dalam arti kualitatif, kata itu berarti yang perlu untuk kehidupan; selanjutnya, setiap barang yang mencukupi keperluan hidup (Bdk. 1 Tim 6:8). Secara harfiah [epiofisios: melampaui hakikat] kata itu secara langsung berarti roti kehidupan, tubuh Kristus, dan “obat dari kebakaan” (Ignasius dari Antiokia, Eph 20,2), dan tanpa itu kita tidak mempunyai kehidupan di dalam diri kita (Bdk. Yoh 6:53-56). Bersama arti harfiah menjadi nyata pula arti surgawi dari permohonan ini: “Hari ini” berarti hari Tuhan. Hari ini adalah hari perjamuan dalam Kerajaan Allah, yang telah diantisipasi dalam Ekaristi, prarasa dari Kerajaan yang akan datang. Karena itu cocok, bila merayakan Ekaristi setiap hari.
“Ekaristi adalah roti kita sehari-hari. Makanan ilahi ini memiliki kekuatan persatuan; ia mempersatukan kita dengan tubuh Tuhan dan membuat kita menjadi anggota-Nya, sehingga kita menjadi apa yang kita terima… Roti sehari-hari ini juga terdapat dalam bacaan-bacaan yang setiap hari kalian dengarkan di dalam gereja, dalam madah-madah yang kalian dengarkan dan kalian nyanyikan. Semuanya itu kita butuhkan untuk penziarahan kita” (Agustinus, serm. 57,7,7).
Bapa di surga menasihati kita, agar sebagai anak-anak surga meminta roti surgawi ini (Bdk. Yoh 6:51). Kristus “sendiri adalah roti itu, yang ditaburkan di dalam perawan, diragikan dalam daging, diremas dalam kesengsaraan, digoreng dalam perapian makam, disimpan di dalam Gereja, dan dipersembahkan di atas altar. Ia membagi-bagikan roti ini kepada umat beriman hari demi hari sebagai makanan surgawi” (Petrus Krisologus, serm. 67).        
V. * “Ampunilah Kesalahan Kami, seperti Kami pun Mengampuni yang Bersalah kepada Kami”
2838  Permohonan ini sungguh mengherankan. Seandainya ia hanya mempunyai bagian pertama dari kalimat itu, “ampunilah kesalahan kami”, maka ia sudah terkandung dalam tiga permohonan pertama dari Bapa Kami, karena kurban Kristus dimaksudkan demi pengampunan dosa. Tetapi sesuai dengan bagian kedua dari kalimat itu, permohonan kita hanya dikabulkan, kalau sebelumnya kita sudah memenuhi satu tuntutan. Permohonan kita mengarah ke masa depan; jawaban kita sudah harus mendahuluinya; satu kata menghubungkan keduanya: “seperti”.       
“Ampunilah Kesalahan Kami?”
2839  Dalam kepercayaan yang berani kita sudah mulai berdoa kepada Bapa kita. Dalam permohonan, agar nama-Nya dikuduskan kita sudah berdoa pula, supaya kita sendiri semakin dikuduskan. Walaupun kita memakai pakaian Pembaptisan, kita tidak berhenti berdosa dan memalingkan diri dari Allah. Sekarang, dalam permohonan baru ini, kita kembali lagi kepada-Nya seperti anak yang hilang itu (Bdk. Luk 15:11-32) dan kita mengakui diri di depan-Nya sebagai pendosa, seperti yang dilakukan oleh pemungut cukai (Bdk. Luk 18:13). Permohonan kita mulai dengan “pengakuan”, di manti kita sekaligus mengakui kesusahan kita dan kerahiman Allah. Harapan kita tidak tergoyahkan, karena di dalam Putera-Nya “kita memiliki penebusan yaitu pengampunan dosa” (Kol 1:14; Ef 1:7). Di dalam Sakramen-sakramen Gereja-Nya kita mendapat tanda pengampunan-Nya yang berdaya guna (Bdk. Mat 26:28; Yoh 20:23) dan tidak diragukan lagi.                     
2840  Sungguh mengejutkan bahwa kerahiman ini tidak dapat meresap di hati kita sebelum kita mengampuni yang bersalah kepada kita. Sebagaimana tubuh Kristus, demikian pula cinta tidak dapat dibagi-bagi. Kita tidak dapat mencintai Allah yang tidak kita lihat, kalau kita tidak mencintai saudara dan saudari kita yang kita lihat Bdk. 1 Yoh 4:20.. Kalau kita menolak mengampuni saudara dan saudari kita, hati kita menutup diri dan kekerasannya tidak dapat ditembus oleh cinta Allah yang penuh kerahiman. Tetapi dengan mengakui dosa-dosa, hati kita membuka diri lagi untuk rahmat-Nya.           
2841  Permohonan ini sungguh penting, karena ia adalah satu-satunya yang dibicarakan dan dijelaskan Tuhan dalam khotbah-Nya di bukit (Bdk. Mat 6:14-15; 5:23-24; Mrk 11:25). Bagi manusia memang tidak mungkin untuk memenuhi tuntutan penting dari misteri perjanjian ini, tetapi “untuk Allah tidak ada yang mustahil”.           
“… seperti Kami pun Mengampuni yang Bersalah kepada Kami”
2842  “Seperti” ini bukanlah satu-satunya dalam ajaran Yesus: “Haruslah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” (Mat 5:48). “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36). “Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu…” (Yoh 13:34). Tidaklah mungkin mengikuti perintah Tuhan, andaikata itu berarti mengikuti contoh ilahi secara lahiriah. Tetapi di sini dimaksudkan satu keikutsertaan yang hidup “yang keluar dari kedalaman hati”, pada kekudusan, kerahiman, dan cinta Allah kita. Hanya Roh, yang dari-Nya kita “hidup” (Gal 5:25), dapat membuat (Bdk. Flp 2:1.5) sikap Yesus menjadi sikap “kita”. Kesatuan pengampunan menjadi mungkin, apabila kita saling mengampuni, “sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef 4:32).    
2843  Dengan demikian kata-kata Tuhan mengenai pengampunan, artinya cinta yang mencintai sampai kesudahannya (Bdk. Yoh 13:1), menjadi hidup. Perumpamaan tentang hamba yang tidak berbelas-kasihan, yang mengakhiri ajaran Tuhan mengenai persekutuan Gereja (Bdk. Mat 18:23-35), berakhir dengan perkataan: “Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga kepada kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu”. Segala sesuatu bergantung pada segenap “hati”. Tidak berada dalam kekuasaan kita untuk tidak merasakan lagi kesalahan dan dengan demikian melupakannya; tetapi hati yang membuka diri bagi Roh Kudus, dapat menjadikan luka ini suatu belas kasihan dan membersihkan pikiran, dengan menjadikan kesalahan itu suatu syafaat.      
2844  Doa Kristen malahan mengampuni musuh-musuh (Bdk. Mat 5:43-44). Ia mengubah murid, dengan menjadikannya serupa dengan Guru-Nya. Pengampunan adalah suatu puncak doa Kristen. Karena itu, hanya hati yang sesuai dengan belas kasihan ilahi, dapat menerima anugerah doa di dalam dirinya. Pengampunan membuktikan juga bahwa di dunia kita ini cinta lebih kuat daripada dosa. Para martir pada masa lampau dan dewasa ini memberikan kesaksian ini untuk Yesus. Pengampunan adalah syarat utama untuk perdamaian (Bdk. 2 Kor 5:18-21) anak-anak Allah dengan Bapa-Nya dan di antara manusia satu sama lain”.       
2845  Pengampunan ini yang menurut kodratnya bersifat ilahi tidak mengenal takaran maupun batas (Bdk. Mat 18:21-22; Luk 17:3-4). Kalau yang dibicarakan itu adalah kesalahan (menurut Luk 11:4 “dosa”; menurut Mat 6:12 “utang”), maka kitalah sebenarnya orang yang selalu berutang: “Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapa pun, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi” (Rm 13:8). Persekutuan Tritunggal Mahakudus adalah asal dan ukuran kemurnian setiap hubungan (Bdk. 1 Yoh 3:19-24). Di dalam doa, terutama dalam Ekaristi, persekutuan itu dihayati (Bdk. Mat 5:23-24).
“Allah tidak menerima kurban orang yang tidak rela berdamai, dan menjauhkan mereka dari altar, supaya berdamai dulu dengan saudaranya, supaya melalui permohonannya yang cinta damai itu mereka juga dapat menemukan perdamaian pada Allah. Kurban yang paling indah di mata Allah adalah apabila perdamaian dan kerukunan ada di antara kita dan apabila umat diikat dalam persatuan dengan Bapa dan Putera dan Roh Kudus” (Siprianus, Dom. orat. 23).
VI. * “Dan Janganlah Masukkan Kami ke Dalam Percobaan”
2846  Permohonan ini berakar dalam permohonan yang mendahuluinya, karena dosa kita adalah hasil dari persetujuan kita kepada percobaan. Kita memohon Bapa kita, supaya jangan “masukkan” kita ke dalam percobaan. Tidaklah mudah untuk mengungkapkan dalam satu kata ungkapan Yunani yang kira-kira berarti “janganlah membiarkan kami masuk ke dalam percobaan” Bdk. Mat 26:41. atau “janganlah kami dikalahkan olehnya”. “Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun” (Yak 1:13); Ia malahan lebih banyak hendak membebaskan kita darinya. Kita mohon kepada-Nya, supaya jangan membiarkan kita berjalan di jalan yang menuju dosa. Kita berada dalam perjuangan “antara daging dan roh”. Demikianlah permohonan Bapa Kami ini memohon roh pembedaan dan kekuatan.                                            164, 2516
2847  Roh Kudus menyanggupkan kita membeda-bedakan antara percobaan, yang memang perlu sebagai “masa percobaan” penuh harapan (Rm 5:3-5) demi pertumbuhan manusia batin (Bdk. Luk 8:13-15; Kis 14:22; 2 Tim 3:12), dan godaan yang membawa dosa dan kematian Bdk. Yak 1:14-15.. Kita juga harus membeda-bedakan antara “digoda” dan “menyetujui godaan”. Selanjutnya anugerah pembedaan membuka kedok penipuan godaan: kelihatannya benda itu indah, menarik, dan “sedap” (Kej 3:6), tetapi pada hakikatnya ia menggiring menuju kematian.
“Allah tidak memaksakan kebaikan, tetapi Ia menghendaki makhluk bebas… Juga godaan mempunyai kebaikannya. Di luar Allah tidak seorang pun tahu apa yang sudah diterima jiwa kita dari Allah, kita sendiri pun tidak. Tetapi godaan membuka rahasia, supaya mengajar kita, agar mengenal diri sendiri dan dengan demikian menemukan kesusahan kita; dan supaya mewajibkan kita, untuk berterima kasih bagi semua yang baik, yang telah godaan singkapkan bagi kita” (Origenes, or. 29).      
2848  Supaya dapat melawan godaan, dibutuhkan satu keputusan hati. “Karena di mana hartamu, di situ juga hatimu… Tidak ada seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Mat 6:21.24). “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” (Gal 5:25). Dalam “persetujuan” ini kepada Roh Kudus, Bapa memberi kita kekuatan. “Percobaan yang kamu alami adalah percobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor 10:13). 
2849  Tetapi kemenangan dalam perjuangan yang demikian itu hanyalah mungkin di dalam doa. Yesus mengalahkan penggoda sejak awal (Bdk. Mat 4:1-11) sampai kepada perjuangan terakhir dalam sakratul maut-Nya (Bdk. Mat 26:36 -44) melalui doa. Dengan demikian, dalam permohonan ini kepada Bapa kita Kristus mempersatukan kita dengan peduangan-Nya dan sakratul maut-Nya. Kita dinasihati dengan sangat, supaya dalam persekutuan dengan Dia, membuat hati kita waspada (Bdk. Mrk 13:9.23.33-37; 14:38; Luk 12:35-40). Kewaspadaan adalah “penjaga” hati. Yesus memohon untuk kita kepada Bapa-Nya dengan perkataan: “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu” (Yoh 17:11). Tanpa henti-hentinya Roh Kudus mengajak kita untuk waspada (Bdk. 1 Kor 16:13; Ko14:2; 1 Tes 5:6; 1 Ptr 5:8). Dalam godaan terakhir perjuangan kita di dunia ini kesungguhan permohonan ini menjadi nyata; ia meminta ketabahan sampai akhir. “Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia yang berjaga-jaga” (Why 16:15).                     
VII. * “Tetapi Bebaskanlah Kami dari yang Jahat”
2850  Juga permohonan terakhir kepada Bapa kita disokong oleh doa Yesus: “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat” (Yoh 17:15). Ini menyangkut setiap kita secara pribadi, tetapi selalu “kitalah” yang berdoa: dalam persekutuan dengan seluruh Gereja dan demi pembebasan seluruh umat manusia. Doa Tuhan selalu membuka seluruh rencana keselamatan kita, agar keterlibatan kita yang tidak terelakkan dalam dosa dan kematian, diubah menjadi solidaritas dalam Tubuh Kristus, dalam “persekutuan para kudus” (Bdk. RP 16).                                      309
2851  Dalam permohonan ini, kejahatan bukanlah hanya satu pikiran, melainkan menunjukkan satu pribadi, setan, si jahat, malaikat yang berontak terhadap Allah. “Iblis” [diabolos] melawan keputusan ilahi dan karya keselamatan yang dikedakan di dalam Kristus.                                      391
2852  Setan “adalah pembunuh manusia sejak semula… ia pendusta dan asal segala dusta” (Yoh 8:44). Dialah “si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan seluruh dunia” (Why 12:9). Melalui dia dosa dan kematian masuk ke dalam dunia. Oleh kekalahannya secara definitif “segala ciptaan dibersihkan dari kebusukan dosa dan dilepaskan dari belenggu maut” (MR, Doa Syukur Agung IV). “Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa, tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya dan si jahat tidak dapat menjamahnya. Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah, tetapi seluruh dunia berada di bawah kuasa sijahat” (1 Yoh 5:18-19).
“Tuhan, yang telah menghapus dosa kalian dan mengampuni kesalahan kalian, mampu melindungi dan membela kalian terhadap tipu muslihat setan, yang berjuang melawan kalian, supaya musuh yang biasanya menimbulkan dosa, tidak mengejutkan kalian. Barang siapa mempercayakan diri kepada Allah, tidak takut akan setan. ‘Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?’ (Rm 8:31)”. (Ambrosius, sacr. 5,30).     
2853  Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas “penguasa dunia” (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini “dilemparkan ke luar” (Yoh 12:31; Bdk Why 12:11). Ia “memburu wanita itu” (Bdk. Why 12:13-16), tetapi ia tidak berkuasa atasnya; Hawa baru yang “terberkati” oleh Roh Kudus, dibebaskan dari dosa dan dari kebusukan kematian (karena dikandung tanpa noda dosa dan karena sebagai Bunda Allah yang selalu perawan, Maria diangkat ke dalam surga). “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain” (Why 12:17). Karena itu Roh dan Gereja berdoa: “Datanglah, ya Tuhan Yesus” (Why 22:20; Bdk. Why 22:17), karena kedatangan-Nya akan membebaskan kita dari yang jahat.           
2854  Kalau kita memohon, agar dibebaskan dari yang jahat, kita juga memohon untuk dibebaskan dari.segala kemalangan, yang lampau, yang sekarang, dan yang akan datang, yang asalnya dan penggodanya adalah si jahat. Dalam permohonan terakhir ini Gereja membawa seluruh kesusahan dunia ke depan Bapa. Dengan pembebasan dari yang jahat, yang membebani umat manusia, Gereja memohon hal yang bernilai yakni perdamaian dan rahmat supaya dengan tabah menantikan kedatangan Kristus kembali. Kalau Gereja berdoa demikian, ia mengantisipasi dalam kerendahan hati yang beriman persatuan dari semua dan segala-galanya dalam Dia, yang “memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (Why 1:18), “yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Why 1:8; Bdk. Why 1:4).
“Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami Yesus Kristus” (MR, Embolisme). 
DOKSOLOGI PENUTUP
2855  Doksologi penutup – “Sebab Engkaulah raja, yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya” – mengangkat kembali ketiga permohonan kepada Bapa: kemuliaan nama-Nya, kedatangan Kerajaan-Nya, dan kekuasaan kehendak keselamatan-Nya. Tetapi pengulangan ini terjadi, seperti di dalam liturgi surgawi (Bdk. Why 1:6; 4:11; 5:13), dalam penyembahan dan ucapan terima kasih. Penguasa dunia ini telah mencaplok ketiga gelar kerajaan, kekuasaan, dan kemuliaan (Bdk. Luk 4:5-6) atas cara yang curang. Kristus, Tuhan, mengembalikannya kepada Bapa-Nya dan Bapa kita, sampai Dia menyerahkan kembali Kerajaan kepada-Nya, apabila misteri keselamatan diselesaikan secara definitif dan Allah menjadi semua di dalam semua (Bdk. 1 Kor 15:24-28).      
2856  “Pada akhir doa kamu mengatakan ‘Amin’. Dengan perkataan ‘Amin’, artinya ‘Semoga terjadi’, kamu mengesahkan isi doa yang diajarkan Allah” (Sirilus dari Yerusalem, catech., myst. 5:18).            
TEKS-TEKS SINGKAT
2857  Ketiga permohonan pertama dari Bapa Kami menyangkut kehormatan Bapa: pengudusan nama-Nya, kedatangan Kerajaan-Nya, dan pemenuhan kehendak ilahi-Nya. Keempat permohonan yang lain mengemukakan kepada-Nya persoalan yang menyangkut kehidupan kita: semoga Ia memberi makanan kepada kita, menyembuhkan kita dari dosa, dan mendampingi kita dalam perjuangan kita untuk memenangkan yang baik atas yang jahat.       
2858  Kalau kita memohon: “Dimuliakanlah nama-Mu, ” kita masuk ke dalam keputusan Allah. Nama-Nya, yang untuk pertama kali diwahyukan kepada Musa dan kemudian melalui Yesus, harus dimuliakan oleh kita dan di dalam kita serta di dalam setiap bangsa dan setiap manusia.                                     
2859  Di dalam permohonan kedua, Gereja terutama mendoakan kedatangan kembali Kristus dan kedatangan Kerajaan Allah secara definitif. Ia juga berdoa untuk pertumbuhan Kerajaan Allah pada kehidupan kita “hari ini”.       
2860  Dalam permohonan ketiga kita mohon kepada Bapa, semoga Ia mempersatukan kehendak kita dengan kehendak-Nya, supaya terpenuhilah keputusan keselamatan-Nya dalam kehidupan dunia.           
2861  Dalam permohonan keempat “berilah kami “, kita mengutarakan dalam persekutuan dengan saudara-saudari kita kepercayaan kita sebagai anak kepada Bapa di surga. “Rezeki ” berarti makanan duniawi yang perlu bagi kehidupan kita semua. Ia juga menandakan roti kehidupan, Sabda Allah dan tubuh Kristus. Ia diterima “hari ini” dari Allah sebagai makanan hakiki yang tidak dapat diganti, yakni perjamuan pesta dalam Kerajaan Allah yang diantisipasi dalam Ekaristi.
2862  Permohonan kelima meminta kerahiman Allah untuk kesalahan kita. Ini hanya dapat meresap di hati kita, apabila kita sudah mengampuni musuh-musuh kita menurut contoh Kristus dan dengan bantuan-Nya.         
2863  Dengan kalimat “Janganlah masukkan kami ke dalam percobaan ” kita memohon kepada Allah, supaya jangan membiarkan kita masuk ke jalan yang menuju dosa. Permohonan ini meminta roh pembeda dan kekuatan; memohon rahmat, supaya tetap waspada dan tabah sampai akhir.                   
2864  Dalam permohonan terakhir “Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat” orang Kristen berdoa bersama Gereja kepada Allah, supaya Ia menampilkan kemenangan atas “penguasa dunia”, setan, yang sudah diperoleh melalui Kristus. Setan adalah malaikat yang secara pribadi berontak terhadap Allah dan keputusan keselamatan-Nya.
2865  Melalui “Amin” kita mengungkapkan “Fiat” kita menyangkut ketujuh permohonan itu : “jadilah demikian”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.