Apakah Evangelisasi sama dengan Proselitisme?

Evangelisasi seringkali disalahartikan sebagai bentuk proselitisme. Kita perlu memahami makna masing-masing istilah ini dan perbedaan keduanya.

Evangelisasi berbeda dengan proselitisme

Evangelisasi adalah pewartaan kepada orang lain tentang kebaikan Tuhan yang terungkap dalam kehidupan kita. Sedangkan Proselitisme adalah upaya dari pihak luar untuk mengubah keyakinan agama atau politik seseorang. Jadi pada kenyataannya, evangelisasi dan proselitisme adalah dua hal yang sangat berbeda. Evangelisasi merupakan suatu tawaran kasih, sementara proselitisme adalah upaya pemaksaan. Untuk memahami apa itu Evangelisasi, kita perlu memahami perbedaan mendasar ini. Evangelisasi, yang dengannya kita mewartakan Injil, berarti menawarkan kasih Allah…dan kasih tidak bisa dipaksakan!

Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengikuti Yesus atau tidak. Namun, jika tidak ada yang memberitahu dan memperkenalkan tentang Yesus, bagaimana orang bisa benar-benar bebas memilih ? Bagaimana bisa bebas jika tidak memiliki pilihan? Dan bagaimana memiliki pilihan jika tidak mengenal? Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Roma 10:14, “Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” (Roma 10:14). Dengan demikian, pewartaan Injil membantu orang lain menjadi lebih bebas.

Kristus mengatakan bahwa Kebenaran akan membebaskan kita (bdk. Yohanes 8:24). Dan Yesus Kristus sendiri adalah Sang Kebenaran. Mencintai, menurut Injil, adalah “berbuat baik”. Maka dengan menunjukkan dan melakukan kebaikan kepada orang-orang yang kita jumpai, kita mewartakan dan memperkenalkan Yesus kepada mereka. Maka tujuan evangelisasi bukanlah untuk mendaftarkan seseorang dalam suatu program khusus, melainkan membantu mereka, sebisa mungkin, untuk menjawab panggilan sebagai anak-anak Allah.

Paus Fransiskus : “Karya Perutusan tidak dilakukan dengan proselitisasi.”

Paus Fransiskus berulang kali menegaskan bahwa Evangelisasi bukan proselitisme, propaganda, atau pun upaya untuk memanipulasi kebebasan seseorang. Ia mengatakan : “Karya Perutusan tidak dilakukan dengan proselitisasi. Mari kita ingat kata-kata Paus Benediktus XVI: ‘Gereja tidak bertumbuh melalui proselitisme, tetapi melalui daya tarik, melalui kesaksian’. Dengan demikian, misi Gereja tidak terlaksana melalui proselitisme yang selalu mengarah ke jalan buntu, tetapi melalui cara kita berada bersama dengan Yesus dan orang lain” (Pertemuan dengan para pelayan Gereja di Katedral Rabat, Maroko, 31 Maret 2019). Dalam sebuah wawancara, Paus Fransiskus juga mengatakan : “proselitisme pertama-tama menghilangkan Kristus sendiri dan Roh Kudus dari misi pewartaan, bahkan ketika kita mengaku berbicara dan bertindak atas nama-Nya. Proselitisme selalu mengandung kekerasan… Hal tersebut tidak mentolerir kebebasan dan keanggunan yang dengannya iman dapat diteruskan dari orang ke orang melalui rahmat” (Paus dan misi: “Tanpa Yesus kita tidak dapat berbuat apa-apa”, 4 November 2019).

Sebaliknya, Paus Fransiskus menegaskan bahwa Evangelisasi menawarkan perjumpaan dengan Kristus dalam semangat iman yang komunikatif dan penuh sukacita. Hal ini mengandaikan rasa hormat terhadap hati nurani setiap individu. Namun, rasa hormat terhadap hati nurani ini tidak menghalangi kita untuk mendekati orang-orang dengan penuh tekad, karena kita tahu bahwa janji kebahagiaan sejati yang ditunggu-tunggu setiap orang adalah bersama Kristus Sang Juru Selamat: “Yang kita miliki bukanlah sebuah produk untuk dijual, tetapi suatu kehidupan untuk dikomunikasikan, yaitu Allah, kehidupan ilahi-Nya, cinta kasih-Nya, kekudusan-Nya”, seperti yang dikatakan Paus Fransiskus (Pidato kepada para pemimpin Serikat Misi Kepausan, 1 Juni 2018). Dan itulah sebabnya mengapa kita harus berdialog dengan mereka yang tidak beriman atau berbeda keyakinan dengan kita.

Misi pewartaan Injil dan kriteria evangelisasi baru

Dalam menjalankan misi pewartaan Injil, umat beriman harus memohon bantuan Roh Kudus agar mereka dapat melaksanakan kriteria evangelisasi baru yang ditekankan oleh Paus Fransiskus (bdk. Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, no. 40-45), yang mencakup antara lain : belas kasihan, kehati-hatian, kebenaran, menghargai waktu dan adaptasi. Dengan demikian, kita dimampukan untuk mewartakan Injil dengan cara yang lebih efektif, menghormati, dan penuh kasih.

#Evangelisasi #Proselitisme
Sumber : Situs Keuskupan Bordeaux, Perancis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.