Sejak zaman para rasul, Katekese menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi pendidikan iman kristiani. Seiring berjalannya waktu, Katekese terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Pedoman terbaru yang diterbitkan pada tahun 2020 mendefinisikan Katekese dengan pemahaman yang lebih mendalam dan kontekstual, sesuai dengan tantangan era kontemporer.
Definisi, Sifat dan Tujuan Katekese
Kata “katekese” memiliki akarnya dalam bahasa Yunani dalam kata kerja κατεχειν (katekhein), yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi pengajaran. Dalam Perjanjian Baru, kata ini merujuk pada pengajaran para rasul tentang Yesus Kristus dan Injil-Nya. Kata tersebut juga memiliki arti menggemakan secara meluas atau keluar, karena berasal dari gabungan kata dalam bahasa yunani “kat” yang berarti keluar, ke arah luas dan “echo” yang berarti gema atau gaung.
Katekese adalah tindakan yang bersifat gerejawi untuk mewartakan, mengundang dan membina orang-orang untuk bertemu dengan Yesus Kristus secara pribadi, mengikuti Dia sebagai Tuhan dan Guru serta mengalami relasi yang mendalam dengan-Nya. Sumber inspirasi utamanya adalah amanat misioner Tuhan, sebagaimana dikatakan dalam Injil Matius 28:19-20, di mana Tuhan Yesus memerintahkan para rasul-Nya untuk menyampaikan ajaran-Nya kepada semua bangsa. Dengan demikian, tujuan utama Katekese adalah untuk membuat warta Paskah Yesus Kristus – yaitu kemenangan-Nya atas dosa dan kematian melalui kebangkitan-Nya – terus bergema di dalam hati setiap orang, sehingga hidup mereka dapat mengalami transformasi (bdk. PK 55).
Fungsi Katekese : melayani Sabda Allah
Katekese merupakan pelayanan Sabda Allah yang dinamis dan kompleks (bdk. PK 55). Katekese mendampingi, mendidik, dan membentuk seseorang dalam iman Kristen. Lebih dari itu, katekese memperkenalkan misteri iman kristiani, memberikan pencerahan, dan menafsirkan kehidupan serta sejarah manusia dari perspektif iman. Karena itu, Katekese tidak hanya terkait dengan proses penyampaian informasi, tetapi lebih merupakan pembinaan iman yang mendalam bagi orang-orang yang ingin mengenal, menjalani dan merayakan Misteri iman kristiani.
Katekese dalam Proses Evangelisasi
Pedoman Katekese 2020 menempatkan Katekese sebagai tahapan penting dalam proses evangelisasi (bdk. PK 56). Pada umumnya, Katekese ditujukan kepada orang-orang yang telah menerima pewartaan pertama dan menggerakkan di dalam hati mereka proses inisiasi, pertumbuhan dan pendewasaan iman. Berbeda dengan Petunjuk Umum Katekese 1997 yang membedakan secara konseptual antara Pra-evangelisasi, Pewartaan pertama (atau evangelisasi pertama), Katekese, dan Pembinaan lanjut, Pedoman terbaru menyadari bahwa dalam praktek, perbedaan konseptual ini tidak selalu jelas. Dalam hal ini, arti pewartaan pertama pun didefinisikan kembali bukan dalam arti urutan tapi dalam arti prioritas. Sehingga pewartaan pertama tentang keselamatan dalam Yesus Kristus itu adalam pewartaan utama yang harus terus-menerus digemakan dan diperdalam dalam proses katekese.
Tantangan Kontemporer dalam Katekese
Pedoman Katekese terbaru mengidentifikasi tantangan-tantangan kontemporer. Banyak umat yang telah menerima sakramen-sakramen, pemahaman dan pengalaman imannya belum mendalam (bdk. PK 56). Oleh karena itu, pendekatan formal yang hanya menjelaskan konsep-konsep dasar tentang iman tidaklah mencukupi. Katekese harus mampu memperdalam iman seseorang, mengajak mereka untuk bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus dan membuka wawasan hidup yang baru.
Kesimpulan
Katekese, menurut Pedoman terbaru tahun 2020, merupakan tindakan gerejawi yang mewujudkan esensi pendidikan iman: transformasi kehidupan melalui pemahaman dan pengalaman yang lebih mendalam tentang warta Paskah wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Dengan pendekatan yang lebih kontekstual, Katekese ditantang untuk menjawab kebutuhan zaman kontemporer, memastikan bahwa iman bukan hanya sekedar konsep, tetapi menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari umat beriman dan menghantarkan umat beriman dalam perjumpaan yang semakin mendalam dengan Yesus Kristus.